BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Katarak merupakan penyebab utama kebutaan yang terjadi hampir diseluruh negara di belahan dunia, bahkan di Amerika Serikat lebih kurang 20% kebutaan disebabkan oleh penyakit ini. (Kruppin et all,1984).
Diantara negara-negara di kawasan Asia Tenggara, angka kebutaan di Indonesia menempati peringkat yang tertinggi, yakni 1,5% dari jumlah penduduk (kurang lebih 3 juta orang).
Operasi katarak merupakan salah satu tindakan yang tepat
dan efektif guna mengurangi resiko kebutaan pada pasien
katarak. Prinsip dari operasi ini adalah mengeluarkan lensa yang
mengalami kekeruhan dan menggantikannya dengan lensa
implant atau Intra Oculer Lens (IOL) sebagai pengganti lensa mata. Jika pasien tidak mengalami ganguan refraksi ataupun kerusakan pada saraf optiknya, maka visus pasca operasi akan dapat membaik.
Ekstraksi katarak (ECCE) merupakan salah satu jenis tindakan
operasi mata yang umum dan banyak dilakukan untuk pasien
katarak. Jenis operasi ini tidak memerlukan anestesi umum, kecuali
untuk pasien infant/pediatric dan pasien indikasi tertentu.
Disamping itu, post op katarak tidak perlu rawat inap terlalu lama di
RS sehingga biaya perawatan/pengobatan dapat ditekan, dan
juga durasi operasi katarak relative pendek. Dengan keuntungan-
keuntungan diatas diharapkan pasien tidak mampu penderita
katarak mendapat kesempatan yang sama untuk mendapat
pelayan operasi ECCE guna memperbaiki visusnya.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Peri Operatif EKEK pada Klien Tn. S dengan Katarak Matur di IBS PKU Muhammadiyah Gombong
C. Ruang Lingkup
Asuhan keperawatan pre operatif, intra operatif, dan post operatif dengan tindakan EKEK pada klien Tn. S dengan katarak matur di ruang OK 1 IBS PKU Muhammadiyah Gombong dengan pendekatan proses asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,implementasi dan evaluasi.
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menambah pengetahuan dan informasi tentang asuhan keperawatan pada kasus Katarak
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui tentang definisi, etiologi, anatomi fisiologi, Patofisiologi dari Katarak
b. Mengetahui tanda dan gejala diagnosa banding, komplikasi, penatalaksanaan dari Katarak
c. Mengetahui pemeriksaan penunjang, asuhan keperawatan dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan dari Katarak
E. Manfaat
a. Bagi Penyusun
Menambah pengetahuan dan wawasan keperawatan, tinjauan pustaka dari Katarak
b. Bagi Pembaca
Menambah pengetahuan dan informasi secara singkat tentang Tinjauan kepustakaan dan asuhan keperawatan.
c. Bagi Pendidikan
Menambah referensi dan sumber bacaan secara singkat tentang Katarak
BAB II
Tinjauan Pustaka
A. Definisi Katarak
Katarak merupakan penyakit mata yang ditandai dengan
kekeruhan pada lensa, dimana penglihatan seperti tertutup oleh
air terjun, tabir atau layar sehingga penderita katarak mengalami
penurunan visus/ketajaman penglihatan. (Vera Darling, 1996).
Insidensi penyakit katarak pada umumnya terjadi pada usia
lanjut oleh karena proses degenerasi (katarak senillis), tetapi dapat
juga terjadi sejak lahir (katarak congenital), timbul pada masa anak-anak (katarak jouvenil), kondisi pasca trauma (katarak traumatika), dan karena diakibatkan dari penyakit tertentu ( katarak komplikata/sekunder ).
Ada beberapa metode bedah katarak yang dilakukan di RS Dr Sardjito, yaitu ECCE (Exktra Capsulair Cataract Extraction), ICCE (Intracapsuler Cataract Extraction), dan small Incisi.
ECCE merupakan metode yang paling
sering diantara kedua metoda diatas. ECCE merupakan metode
operasi katarak dengan membuat insisi limbal pada kornea inferior
dan melebarkannya dengan gunting kornea, merobek dan
melakukan insisi pada kapsul anterior serta mengeluarkan nucleus
lensa melalui irisan kornea yang telah dibuat. (Journal Opthalmology, 1997).
Selain dari ECCE ada metode operasi katarak yang disebut dengan phacoemulsifikasi. Diamana pada metode ini sayatan kornea dibuat minimal sehingga meminimalisasi perdarahan dan jahitan, serta kemungkinan terjadinya astigmatisma kecil.
B. Klasifikasi Katarak
Berdasarkan penyebabnya katarak dibagi menjadi 5 jenis, yaitu :
1. Katarak Senillis
Katarak yang disebabkan karena proses ketuaan (degeneratif). Katarak ini terbagi menjadi 3 bagian : K.senilis immature, matur, dan hipermatur.
2. Katarak Kongenital
Katarak yang didapat semenjak lahir, karena tergannggunya proses organogenesis (pembentukan organ mata) selama masa kehamilan. Biasanya penyebabnya adalah inveksi virus Toxoplasma (TORCH).
3. Katarak Jouvenil
Katarak yang mulai terjadi pada masa anak-anak.
4. Katarak Traumatika
Katarak yang terjadi akibat adanya riwayat trauma yang
dialami penderita sebelumnya. Misalnya karena kecelakaan lalu lintas.
5. Katarak komplikata
Katarak yang terjadi karena komplikasi penyakit tertentu,
misalnya Diabetus Mellitus (DM) yang dapat menyebabkan
katarak diabetikum.
C. Manifestasi klinis
1. Penglihatan makin lama makin terasa kabur, penderita
merasakan seperti ada tabir yang menyelimuti pandangannya.
2. Mata (lensa) tampak berubah warna menjadi putih keruh.
3. Ketajaman penglihatan (visus) menurun secara progresif.
4. Mata terasa nyeri (sakit) jika penyebab katarak oleh karena
glaucoma (katarak sekunder).
D. Pemerikasaaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Visus
2. Pemeriksaan Tonometri
3. Pemeriksaan Biometri
4. Pemeriksaan Campimetri (Campus Visi)
5. Pemeriksaan USG Mata
E. Anatomi dan Fisiologi
Fisiologi : Mata merupakan indra penglihatan, dibentuk untuk menerima rangsangan berkas-berkas cahaya pada retina, lantas dengan perantaraan serabut-serabut nervus optikus, mengalihkan rangsangan ke pusat penglihatan pada otak, untuk ditafsirkan.
F. Etiologi
1. Kongenital merupakan salah satu kelainan herediter sebagai akibat dari infeksi virus prenatal
2. Proses penuaan
3. Degenerasi, gangguan metabolic, radiasi
4. Pengaruh zat kimia, infeksi dan penyakit mata lainnya
5. Penyebab yang lain bisa meliputi trauma, infeksi pada traktur uvea, penyakit sistemik seperti Diabetes Melitus dll. (Prof. dr. H Sidarta Ilyas, SpM, Ilmu Penyakit Mata Th 2004)
G. Patofisiologi
Katarak merupakan kondisi penurunan ambilan O2. Penurunan air, peningkatan kandungan kalsium dan berubahnya protein yang dapat larut menjadi tidak dapat larut. Lensa berisi 65 % air, 35 % protein dan mineral penting. Pada proses penuaan lensa secara bertahap kehilangan air dan mengalami peningkatan dalam ukuran dan densitasnya.
BAB III
Tinjauan Kasus
A. PENGKAJIAN
1. Biodata Pasien
a. Nama : Tn. S
b. Umur : 75 tahun
c. Alamat : Wonoriyo 1/1 Karanganyar
d. Pendidikan : SMA
e. Pekerjaan : Pensiunan PNS
f. No Register : 1261195
g. Dx Medis : Katarak Matur Sinistra
h. Tindakan Operasi : Small Insicion Katarak
i. Kamar Op/Tanggal : Selasa, 26/ 12 /2011, Kamar 1.
j. Jenis Asuransi : ASKES gol IV
2. Biodata Penanggung Jawab
a. Nama : Ny. H
b. Umur : 40 tahun
c. Alamat : Wonoriyo 1/1 Karanganyar
d. Pekerjaan : IRT
e. Pendidikan : SMA
f. Hubungan dengan pasien : Anak
3. Keluhan utama :
Pasien mengatakan pengelihatan mata kiri buram/tidak jelas
4. Riwayat Kesehatan
a. Sekarang :
Pasien Tn. S, 75th pada hari Selasa, 6 Des 11 pukul 17.00 wib datang ke IGD PKU Muhammadiyah Gombong dengan keluhan mata kiri tidak jelas untuk melihat sejak 6 bulan yang lalu. Saat di kaji hasil pemeriksaan VUD : 73/60 , VUS : 1/60. TTV : TD 170/90 mmHg, N 78x/menit, RR 18x/menit, S 360 C. Oleh dokter pasien di sarankan utuk operasi EKEK pada hari Selasa, 6 Des 11 pukul 19.30 wib.
b. Dahulu :
Pasien sebelumnya belum pernah mengalami katarak dan belum pernah dioperasi.
c. Keluarga :
Keluarga pasien saat ini tidak ada yang mengalami penyakit seperti pasien, dan pasien tidak mempunyai penyakit keturunan seperti DM, Hipertensi dll.
5. Status Kesehatan :
1) Kesadaran : Compos Metis
2) Vital Sign : TD : 170/90 mmHg
RR : 18 x/menit
N : 78 x/menit
S : 36 0 C
3) Head to Toe
a) Kepala : mesochepal, tidak ada lesi, tidak ada hematoma, tidak ada nyeri tekan
b) Rambut : warna hitam beruban, tampak kusut, tidak ada kebotakan
c) Mata : pengelihatan buram pada mata kiri sejak 6 bulan yang lalu, diameter pupil 3, sclera an ikterik, konjungtiva anemis, pupil isokor, tampak putih pada lensa mata kiri.
d) Hidung : bentuk simertis, tidak ada perdarahan, tidak ada secret
e) Telinga : bentuk normal, pendengaran normal, tidak ada secret,
tidak ada perdarahan
f) Mulut dan gigi : mukosa kering, mulut dan gigi bersih
i. Leher : tidak ada pembesaran tyroid, nadi karotis teraba, tidak ada pembesaran limfoid
g) Thorax :
Pemeriksaan Jantung Paru- paru
Inspeksi Tidak ada pembesaran , tidak ada bekas luka Frekuensi nafas teratur, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada jejas
Palpasi Tidak ada pembersaran, tidak ada benjolan Tidak ada pembersaran, tidak ada benjolan
Perkusi Bunyi redup Bunyi sonor
Auskultasi Bunyi S1 S2 normal Bunyi vesikuler
h) Abdomen :
I : bentuk simetris, tidak ada benjolan, tidak ada bekas
luka
A : bising usus 6 x/menit,
P : suara timpani
P : tidak ada pembesaran hati,tidak ada nyeri tekan
i) Genitalia : Genitalia normal, tidak ada pembesara prostat, urin tidak ada darah, urine berwarna kuning pekat, bau amonia.
j) Eksteremitas : kekuatan otot 5 5
5 5
Refleks pasien : baik, ROM : sebagian, Akral hangat, tidak ada edema
4) Pencukuran daerah operasi : ( bulu mata kiri ) Sudah
5) Kompres daerah operasi dengan kassa alcohol : Tidak
6) Pengosongan lambung : tidak
7) Pengosongan kandung kemih : Tidak.
8) Baju operasi : Sudah
6. Pola fungsional ( Virginia Handerson)
a) Pola oksigenasi
Sebelum sakit : pasien bernafas secara normal, tidak pernah sesak nafas
Saat dikaji : pasien bernafas secara normal, tidak sesak RR 18x/ menit
b) Pola nutrisi
Sebelum sakit : pasien makan 3x sehari ( nasi, sayur, dan lauk ) minum 6-8 gelas/hari,
Saat dikaji : pasien sudah makan dirumah 3x sehari
c) Pola eliminasi
Sebelum sakit : pasien BAK 4-6x/hari dan BAB 1x/hari
Saat dikaji : pasien BAK belum, BAB belum
d) Pola aktivitas/ bekerja
Sebelum sakit : pasien melakukan aktivitas secara mandiri, pasien pensiunan PNS saat ini menganggur di rumah
Saat dikaji : aktivitas pasien dibantu oleh keluarga karena pengelihatanna buram
e) Pola istirahat
Sebelum sakit : pasien istirahat/ tidur 8-10 jam/hari, pasien tidak
mengalami gangguan tidur
Saat dikaji : pasien istirahat/ tidur 7-8 jam/hari, pasien tidak
mengalami gangguan tidur
f) Pola suhu
Sebelum sakit : pasien tidak pernah demam (suhu normal)
Saat dikaji : suhu pasien 360C
g) Pola gerak dan keseimbangan
Sebelum sakit : pasien dapat melakukan gerak bebas sesuai keinginannya
Saat dikaji : pasien dapat melakukan gerak bebas sesuai keinginannya
h) Pola berpakaian
Sebelum sakit : pasien dapat mengenakan pakaiannya secara mandiri dan memakai pakaian kesayangannya
Saat dikaji : pasien menggunakan baju operasi tanpa bantuan
i) Pola personal hygine
Sebelum sakit : pasien biasa mandi 2xsehari dengan air bersih dan sabun, mandi tanpa bantuan keluarganya
Saat dikaji : pasien mandi dengan cara diseka dan dibantu keluarganya
j) Pola komunikasi
Sebelum sakit : pasien berkomunikasi dengan lancar, memakai bahasa
daerah
Saat dikaji : pasien berkomunikasi dengan lancar, memakai bahasa
daerah
k) Pola spiritual
Sebelum sakit : pasien beribadah sesuai agamanya
Saat dikaji : pasien beribadah sesuai kemampuannya
l) Pola aman & nyaman
Sebelum sakit : pasien merasa aman dan nyaman hidup bersama keluarga
Saat dikaji : pasien merasa gelisah karena akan dilakukan operasi
m) Pola rekreasi
Sebelum sakit : pasien kadang-kadang berekreasi ke tempat-tempat wisata
Saat dikaji : pasien tidak dapat berekreasi
n) Pola belajar
Sebelum sakit : pasien tidak mengetahui penyakit yang dideritanya
Saat dikaji : pasien tidak mengetahui penyakit yang dideritanya
7. PERSIAPAN PENUNJANG
Visus : VUD : 73/60
VUS : 1/60
8. INFORM CONSENT : Sudah
9. TERAPI : -
PRE OPERASI
a. Data Fokus
1) Pasien mengatakan pengelihatannya tidak jelas pada mata kiri
2) VUD : 73/60, VUS : 1/60
3) Pasien tampak gelisah
4) Td : 170/90 mmHg
5) N : 78x/menit
6) Pasien mengatakan takut karena belum pernah dilakukan operasi sebelumnya
b. Analisa Data Pre Operasi :
No Hari/tanggal Data focus Etiologi Masalah kep.
1. Selasa, 6 Des 2011
DS : pasien mengatakan pengelihatannya tidak jelas pada mata kiri
DO : VUD : 73/60, VUS : 1/60
Katarak Gangguan Persepsi Sensori : pengelihatan
2 Selasa, 6 Des 2011
DS : Pasien mengatakan takut karena belum pernah dilakukan operasi sebelumnya
DO :
• Pasien tampak gelisah
• TD : 170/90 mmHg
• N : 78x/menit Kurang informasi Ansietas
c. Rumusan Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan persepsi sensori : pengelihatan b.d katarak
2) Ansietas b.d Kurang informasi
d. Rencana Pre Operasi
No Masalah keperawatan NOC NIC
1 Gangguan persepsi sensori : pengelihatan b.d katarak
Setelah dilakukan tindakan 1x 2jam diharapkan masalah gangguan persepsi sensori : pengelihatan dapat teratasi dengan kriteria :
• Pasien dapat dipindah ke meja operasi
• Pasien dapat melihat secara normal
• Visus normal a. Beri penjelasan tentang penyakit katarak
b. Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan pengelihatan
c. Bantu ambulasi pasien dari ruang persiapan ke meja operasi
2 Ansietas b.d Kurang informasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30 menit, masalah keperawatan diharapkan teratasi Ansietas indicator :
• Pasien tampak tenang
• Pasien siap menghadapi operasi
• Pasien mengetahui tindakan yang akan dilakukan d. Gali penyebab kecemasan
e. Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya
f. Berikan informasi tentang penyakit yang diderita klien
g. Berikan prosedur tindakan yang akan dilakukan
h. Ijinkan keluarga klien untuk mendampingi pasien selama fase pre op
i. Motivasi klien
e. Pelaksanaan dan Evaluasi Pre Operasi
No Dx Hari/ tanggal Implementasi Evaluasi ( SOAP )
1 Selasa, 6 Des 2011 a. Beri penjelasan tentang penyakit katarak
b. Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan pengelihatan
c. Bantu ambulasi pasien dari ruang persiapan ke meja operasi Subjektif : -
Objektif :
• Pasien dipindah ke meja operasi dengan aman
Assessment : masalah teratasi
Panning : lanjutkan intervensi
2 Selasa, 6 Des 2011 a. Menggali penyebab kecemasan
b. Memberikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya
c. Memberikan informasi tentang penyakit yang diderita klien
d. Memberikan prosedur tindakan yang akan dilakukan
e. Mengijinkan keluarga klien untuk mendampingi pasien selama fase pre op
f. Memotivasi klien Subjektif :
• pasien mengatakan mengerti tentang penyakitnya setelah dijelaskan oleh perawat
• Pasien mengatakan siap menghadapi operasi
Objektif :
• Pasien tampak tenang
Assessment : masalah teratasi
Panning : lanjutkan intervensi
B. ASKEP INTRA OPERASI
1. Data Fokus
• Terdapat luka insisi di area operasi
2. Analisa Data Intra Operasi
No Hari/ Tanggal Data Fokus Etiologi Masalah Keperawatan
1 Selasa, 6 Des 2011 DS : -
DO :Terdapat luka insisi di area operasi Luka insisi Resti infeksi
3. Perencanaan Intra Operasi
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1 Resti infeksi b.d luka insisi
Setelah dilakukan perawatan operasi diruang Operasi masalah Resti Infeksi dapat teratasi. Dengan kriteria:
• Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
a. Seterilkan kamar operasi
b. Seterilkan instrumen operasi
c. Cuci tangan steril
d. Disinfeksi area operasi sebelum dan sesudah operasi dengan betadin dan lakohol
e. Tutup luka dengan kasa dan plester
4. Pelaksanaan dan Evaluasi Operasi
No Dx Hari/ tanggal Implementasi Evaluasi ( SOAP )
1 Selasa, 6 Des 2011 a. menyeterilkan kamar operasi
b. menyeterilkan instrumen operasi
c. mencuci tangan steril
d. mendisinfeksi area operasi sebelum dan sesudah operasi dengan betadin dan lakohol
e. menutup luka dengan kasa dan plester Subjektif : -
Objektif :
• luka insisi post operasi tertutup kasa dan plester
• tidak terdapat tanda-tanda infeksi
Assessment : masalah teratasi
Panning : lanjutkan intervensi
C. LAPORAN INTRA OPERASI
1. Persiapan Pasien :
Posisi pasien : Supinasi
TD : 170/90 mmHg
Nadi : 78X/menit
RR :18x/menit
Suhu : 36 0 C
Anestesi : Local Anestesi
2. Persiapan Alat :
Menyiapkan bahan medis habis pakai yang terdiri dari :
Instrumen Jumlah
Sarung tangan 4 pasang
Infus set 1 buah
Spuit 1; 2,5;5;10 cc @ 1 buah
Lidocain 2% 1 ampul
Marcain 0,5% 1 ampul
Silet steril 1 buah
Trepan blue 1 buah
Cotton buds 1 pack ( secukupnya )
Benang Ethilon No. 10-O 1 buah
Benang silk 4/0 cutting 1 buah
Kemicitine Zalf mata 1 buah
Spons dep 1 buah
Kasa lipat secukupnya (steril) = 2 buah
Dop mata 1 buah
Dexametasone 2 ampul
Gentamycin 2 ampul/1 flacon
Optemp 1 buah
Visco elastis (vitrasen) 1 buah
Miostat 1 buah
Jarum udara 4 buah
Simcoe (I/A) 1 buah
Cairan RL 1 flabot
Alkohol 70% 1 botol/ secukupnya
Betadine 45% 1 botol/ secukupnya
3. Menyiapkan meja steril untuk linen
a) Menata linen di atas meja yang terdiri dari :
• Jas operasi = 4 buah
• Doek tutup = 6 buah
• Wash lap = 4 buah
• Doek lubang mata = 2 buah
• Doek lubang besar = 1 buah
• Slop + karet = 1 buah
b) Menata bengkok + kom di atas meja di sebelah linen, salah satu kom diisi dengan betadine solution ± 1/3 bagian.
Menata bahan medis habis pakai di atas meja steril, kecuali cairan RL. Tutup meja dengan doek steril.
c) Menyiapkan meja instrumen (mayo) dengan terlebih dahulu menutup meja dengan slope, kemudian dilapisi perlak dan di atasnya dilapisi lagi dengan doek steril.
d) Menyiapkan sterilisator (sterimat) Untuk menyeterilkan simcoe dengan cara rebus sampai mendidih, dan dibiarkan selama 10 menit baru dapat diangkat.
Dapat juga dipakai untuk menyeterilkan bahan-bahan dari karet, mika dan dari plastik. Cairan yang dipakai aquades.
e) Menyiapkan mikroskop operasi Lakukan ceking pada lensa objektif maupun okulernya optiknya, jika ada sedikit kekeruhan pada lensa okuler/objektifnya segera dibersihkan dengan tissue lensa + cairan campuran alkohol : eter dengan perbandingan 5 : 2.
f) Menyiapkan canule oksigen (Canule Binasal) Oksigen dipasang selama pasien dilakukan operasi dengan besar tekanan 2 - 3 mmHg. Terutama bagi pasien yang punya riwayat astma, pasien tua ataupun pasien yang tidak tahan / gelisah jika mukanya ditutup.
g) Cuci tangan steril (Sterille Handwashing) Mencuci tangan dengan cairan hibiscrub dengan membersihkan kotoran-kotoran pada telapak tangan dan kuku memakai sikat khusus selama ± 5 menit diatas air yang mengalir. Bilas tangan dengan alcohol 70 %.
h) Memakai jas operasi steril ( Gawning )
i) Memakai sarung tangan steril ( Gloving )
j) Menata instrumen katarak di atas meja mayo
k) Prinsip dalam menata instrumen katarak adalah sebagai berikut:
a. Instrumen katarak sebaiknya ditata di atas wadah tertentu (stainles) yang steril sehingga tidak ada kontak langsung dengan linen pengalas/penutup meja mayo.
b. Posisi instrumen memudahkan perawat instrumen dalam bekerja serta tidak menyulitkan operator ketika akan mengambil sendiri.
c. Urutkan instrumen sesuai dengan prioritas dan fungsinya. instrumen yang pertama digunakan diletakkan paling dekat ke operator.
d. Pisahkan instrumen yang tidak digunakan lagi dengan instrumen yang masih di pakai.
l) Jenis Instrumen katarak yang disiapkan untuk ekstraksi katarak ekstra kapsuler adalah :
• Pembuka mata / wire Specullum = 2 (dewasa + anak)
• Pinset atson chirurgis = 1
• Needle holder makro = 1
• Arteri klem( pean ) = 2
• Klem preparasi = 1
• Gunting konjunctiva = 1
• Pinset kornea = 1
• Blade Breaker = 1
• Gunting kornea = 1
• Sendok lensa = 1
• Pemutar lensa = 1
• Muscle hook = 1
• Spatel iris = 1
• Needle holder mikro = 1
• Gunting vannas = 1
• Ultrata = 1
• Simcoe = 1
m) Menata bahan medis habis pakai yang telah disiapkan pada meja instrument, didekatkan dan prioritaskan bahan medis yang pertama akan digunakan untuk disipkan lebih dahulu.
n) Bahan medis yang perlu disiapkan lebih awal sebelum operasi dimulai antara lain:
Memotong silet dengan blade breaker
Menyiapkan trepan blue ± 0,3 cc dalam spuit 1 cc
Menyiapkan spuit 1 cc yang telah diisi dengan cairan RL untuk CCC.
Menyiapkan spuit 2,5 cc yang telah diisi dengan cairan RL untuk hidrodeseksi.
Menyiapkan lidocain dalam spuit 1cc untuk anestesi sub konjungtiva seandainya anestesi retrobulber kurang berhasil.
Menyiapkan vitrasen
Menyiapkan spuit 1 atau 2,5 cc untuk I/A Sebelum dipakai untuk irigasi/aspirasi, cairan RL dioplos dulu dengan gentamycin dengan perbandingan 1 : 1.000.
4. Kronologi/Urutan Operasi
a) Desinfektasi dan irigasi mata dengan larutan betadine + RL dengan perbandingan 7 : 3 memakai spuit 10 cc.
b) Pasang duk tutup pada bagian bawah (mulut ke bawah) dan bagian atas (menutupi kepala, kecuali mata) serta pasang doek lubang pada mata yang akan dioperasi.
c) Pasang wire specullum pada mata yang akan dioperasi.
d) Kendali palpebra superior dengan menggunakan benang atraumatic silk no. 4-0 cutting.
e) Lakukan irisan/buat takik corneal dengan blade breaker sepanjang kurang lebih 140o.
f) Infiltrasi trepan blue ke dalam COA dan ditunggu selama 2 menit agar trepan blue dapat mengisi seluruh ruang dibawah capsul anterior lensa.
g) Lakukan perobekan kapsul anterior lensa dengan ultrata dilanjutkan dengan CCC (Continous Circulair Capsuloreksis) dengan spuit 1 cc isi RL yang ujung jarumnya telah dibengkokkan terlebih dahulu.
h) Lakukan hidrodeseksi dengan spuit 2,5 cc yang telah diisi dengan RL untuk memisahkan kapsul lensa dengan nucleus lensa.
i) Lakukan irigasi aspirasi (I/A). Tembus irisan/takik corneal yang telah dibuat dengan blade breaker dan gunting kornea sepanjang takik (dg gunting kornea)
j) Pasang preplace kendor dengan needle holder mikro + benang Ethilon 10-0 pada tangan kanan dan pinset kornea pada tangan kiri.
k) Keluarkan nukleus lensa dengan simcoe dibantu dengan pemutar lensa sebagai second instrument, selanjutnya simcoe diganti dengan saat mengeluarkan/evakuasi lensa.
l) Jahit kornea pada jam 11,12,1, dengan benang Ethilon 10-0. tangan kanan memegang needle holder mikro sementara tangan kiri memegang pinset kornea. Untuk membuat simpul jahitan pinset kornea diganti dengan pinset Keelman Mac. Pharson. Benang dipotong dengan gunting vanas, simpul ditanam dengan pinset Keelman.
m) Lakukan irigasi aspirasi (I/A)dengan simcoe sampai bersih. Masukkan vitrasen secukupnya pada COA untuk melindungi endotel kornea dan membentuk COA space sebelum insersi IOL.
n) Masukkan Intra Oculer Lens (IOL) dengan menggunakan pinset Keelman Mac. Pharson.
o) Posisikan IOL dengan memutarnya menggunakan pemutar lensa (Lens rotator). 18. Jahit kornea sampai rapat dengan benang Ethilon 10-0.
p) Injeksi / masukkan miostat ke dalam COA dengan spuit 1 cc dan jarumnya telah diganti dengan jarum udara.
q) Lakukan irigasi aspirasi ulang sampai bersih dari vitrasen, miostat, maupun sisa masa lensa, capsul anterior, dan korteks.
r) Injeksi gentamycin + dexametason dengan perbandingan 1:1 dalam spuit 1 cc secara subconjunctiva.
s) Berikan salep mata Kemicitine / Chloramfenicol secukupnya.
t) Pasang kassa steril dan di plester.
5. Menyelesaikan operasi
a) Cuci instrumen operasi dengan larutan desinfektan tanpa direndam terlebih dahulu (menggunakan sikat gigi yang lembut)
b) Bilas instrumen dengan air mengalir.
c) Keringkan instrumen dengan lap yang kering dan bersih.
d) Atur dan tata instrumen pada tempatnya (bak instrumen).
e) Bungkus (packing) bak instrumen dan berikan label.
f) Bersihkan mikroskop, terutama pada bagian optik (lensanya) yang terkena cipratan air dan posisikan pada tempat semula.
g) Pastikan ruangan, meja operasi dan peralatan yang dipakai tertata rapi kembali
h) Kembalikan bahan medis habis pakai yang sudah dipakai dan masih bisa digunakan kembali ke dalam bak plastic steril.
i) Pastikan tidak ada peralatan yang rusak, hilang atau tertinggal.
j) Kirim set instrument ke CSSD lewat lift pengiriman barang.
k) Kembalikan sisa bahan medis habis pakai yang tidak digunakan ke satelit farmasi beserta bukti/lembar pemakaian BMHP/AMHP.
l) Perawat cuci tangan.
D. ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERASI
1. Jenis anestesi : Local Anestesi
2. Data Fokus
• Pasien mengatakan khawatir jatuh dari brankar jika ditinggal pergi
• Tangan nampak memegangi pinggiran brankar
• Mata kiri tertutup kasa steril post operasi
• Pasien menanyakan bagaimana pearawatan setelah operasi nanti
• Pasien meraba kasa pada mata yang tertutup
3. Analisa Data Post Operasi
No Hari/ Tanggal Data Fokus Etiologi Masalah Keperawatan
1 Selasa, 6 Des 2011 DS :
Pasien mengatakan khawatir jatuh dari brankar jika ditinggal pergi
DO :
• Tangan nampak memegangi pinggiran brankar
• Mata kiri tertutup kasa steril post operasi
Efek pasca operasi Resiko cedera ( jatuh )
2 Selasa, 6 Des 2011 DS :
Pasien menanyakan bagaimana pearawatan setelah operasi nanti
DO :
Pasien meraba kasa pada mata yang tertutup
Kurang terpaparnya informasi Kurang pengetahuan tentang perawatan post operasi
4. Rumusan Diagnosa Keperawatan Post Operasi
a. Resiko cedera ( jatuh ) b.d Efek pasca operasi
b. Kurang pengetahuan tentang perawatan post operasi b.d Kurang terpaparnya informasi
5. Rencana keperawatan Post Operasi
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1 Resiko cedera ( jatuh ) b.d Efek pasca operasi
Setelah dilakukan perawatan post operasi diruang RR masalah resiko cedera (jatuh) dapat teratasi.
Kriteria hasil :
• Pasien tidak jatuh a. Tempatkan pasien pada posisi yang nyaman.
b. Ciptakan lingkungan yang aman.
c. Pasang side rail.
d. Observasi keadaan pasien.
e. Tempatkan brankar pada area yang aman
2 Kurang pengetahuan tentang perawatan post operasi b.d Kurang terpaparnya informasi
Setelah dilakukan perawatan post operasi diruang RR masalah Kurang pengetahuan tentang perawatan post operasi dapat teratasi dengan kriteria :
• Pasien dan keluarga mengetahui perawatan pasca operasi
a. Berikan pendidikan kesehatan post operasi katarak.
b. Jelaskan pada pasien aktivitas yang diijinkan pada post operasi.
c. Jelaskan tentang perawatan mata
6. Pelaksanaan dan Evaluasi Post Operasi
No Dx Hari/ tanggal Implementasi Evaluasi ( SOAP )
1 Selasa, 6 Des 2011 a. Menempatkan pasien pada posisi yang nyaman.
b. Menciptakan lingkungan yang aman.
c. Memasang side rail.
d. Mengobservasi keadaan pasien.
e. Menempatkan brankar pada area yang aman
Subyektif : -
Obyektif :
- pasien sadar penuh
- gerakan terkontrol
Assessment : Masalah teratasi
Planning : pertahankan kondisi yang aman sampai ada serah terima dengan perawat ruangan.
2 Selasa, 6 Des 2011 a. Memberikan pendidikan kesehatan post operasi.
b. Menjelaskan pasien aktivitas yang diperbolehkan: untuk tidak boleh banyak bergerak, untuk menghindari ketegangan, untuk tidak boleh mengangkat benda berat selama kurang lebih satu bulan.
c. Menjelaskan tentang perawatan mata kepada pasien.
Subjektif : pasien mengatakan mengerti akibat kasa penutup mata jika diraba.
Objektif : pasien nampak paham setelah diberikan penjelasan.
Assesment :masalah teratasi sebagian.
Planning :pasien diserahkan ke perawat ruangan.
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini tim penulis akan membahasnya sesuai dengan asuhan keperawatan yang sudah diterapkan meliputi pengkajian, diagnosa, inervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal untuk melakukan suatu keperawatan yang berguna untuk mengumpulkan data sebagai dasar untuk mengetahui kebutuhan klien sehingga dapat menentukan asuhan keperawatan yang akan dilakukan. Dalam pengumpulan data tim penulis menggunakan metode wawancara atau Tanya jawab dengan keluarga pasien dan klien serta observasi dengan menggunakan pemeriksaan fisik dan menggunakan studi dokumentasi pada status pasien.
Selama melakukan pengkajian tim penulis banyak menemui kesulitan, hal ini dikarenakan penulis dihadapkan pada satu kasus yang memiliki keterbatasan informasi berkaitan dengan penyakit yang di derita pasien. Pada pemerikasaan fisik, tim penulis menemukan indikasi khas yang sesuai dengan teoritis yaitu : Visus pasien VUD : 73/60, VUS : 1/60
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan tinjauan pustaka asuhan keperawatan pada kasus katarak tim penulis mendapat hasil diagnosa keperawatan yaitu :
1. Gangguan persepsi sensori : pengelihatan b.d katarak
2. Ansietas b.d Kurang informasi
3. Resti Infeksi b.d insisi pembedahan
4. Resiko cedera ( jatuh ) b.d Efek pasca operasi
5. Kurang pengetahuan tentang perawatan post operasi b.d Kurang terpaparnya informasi
C. Intervensi Keperawatan
Dalam menyusun rencana tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan sesuai dengan kriterianya, maka tim penulis membuat rencana berdasarkan acuan pada tinjauan teoritis yang ada pada tinjauan pustaka, rencana tindakan di buat selama proses pembedahan dari mulai pasien masuk ke ruang induksi sampai pasien keluar dari ruang RR. Dari 5 diagnosa ini intervensi dapat diterapkan pada kasus karena berkat kerjasama yang baik antara perawat, keluarga, dan klien. Dalam menyusun tindakan yang akan dilakukan ini disesuaikan dengan diagnosa yang ditemukan sehingga mendapatkan tujuan yang diinginkan.
D. Implementasi dan Evaluasi
Implementasi dilakukan berdasarkan diagnosa dan rencana keperawatan dan sekaligus dilakukan evaluasi tindakan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Katarak merupakan penyakit mata yang ditandai dengan
kekeruhan pada lensa, dimana penglihatan seperti tertutup oleh
air terjun, tabir atau layar sehingga penderita katarak mengalami
penurunan visus/ketajaman penglihatan. (Vera Darling, 1996).
Dari kasus Tn. S dapat disimpulkan bahwa kasus katarak terjadi pada usia tua dan terdapat manifestasi klinis yang jelas yaitu adanya kekeruhan di lensa pasien dengan pemeriksaan penunjang VUD dan VUS menyatakan pasien positif katarak matur.
B. SARAN
1. Sebaiknya pasien dibantu keluarga dalam melakukan aktivitas pasca operasi.
aktivitas yang diperbolehkan: untuk tidak boleh banyak bergerak, untuk menghindari ketegangan, untuk tidak boleh mengangkat benda berat selama kurang lebih satu bulan.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC. 2000.
Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius. 2000
Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD. Kehamilan multijanin.2006. Dalam: Hartono A, Suyono YJ, Pendit BU (alih bahasa). Obstetri Williams. Volume 1 edisi 21. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC, . h. 852-897
Portal Free askep
Sabtu, 07 Januari 2012
askep kista ovarium
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang banyak menyerang wanita.Kista atau tumor merupakan bentuk gangguan yang bisa dikatakan adanya pertumbuhan sel-sel otot polos pada ovarium yang jinak.
Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan untuk menjadi tumor ganas atau kanker.Perjalanan penyakit yang sillint killer atau secara diam diam menyebabkan banyak wanita yang tidak menyadari bahwa dirinya sudah terserag kista ovarim dan hanya mengetahui pada saat kista sudah dapat teraba dari luar atau membesar.
Kista ovarium juga dapat menjadi ganas dan berubah menjadi kanker ovarium.Untuk mengetahui dan mencegah agar tidak terjadi kanker ovarium maka seharusnya dilakukan pendeteksian dini kanker ovarium dengan pemeriksaan yang lebih lengkap.Sehigga dengan ini pencegahan terjadinya keganasan dapat dilakukan
Kista ovarium memiliki jenis dan klasifikasi yang cukup banyak.Tergantung dari mana kista itu berasal.Untuk lebih lanjutnya akan penulis bahas pada Tinjauan teori
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Peri Operatif Kistektomy pada Klien Ny. S dengan kista ovari di IBS PKU Muhammadiyah Gombong.
C. Ruang Lingkup
Asuhan keperawatan pre operatif, intra operatif, dan post operatif dengan tindakan Kistektomy pada Klien Ny. S dengan kista ovari di ruang OK 2 IBS PKU Muhammadiyah Gombong dengan pendekatan proses asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,implementasi dan evaluasi.
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menambah pengetahuan dan informasi tentang asuhan keperawatan pada kasus kista ovari
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui tentang definisi, etiologi, anatomi fisiologi, Patofisiologi dari kista ovari
b. Mengetahui tanda dan gejala diagnosa banding, komplikasi, penatalaksanaan dari kista ovari
c. Mengetahui pemeriksaan penunjang, asuhan keperawatan dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan dari kista ovari
E. Manfaat
a. Bagi Penyusun
Menambah pengetahuan dan wawasan keperawatan, tinjauan pustaka dari kista ovari
b. Bagi Pembaca
Menambah pengetahuan dan informasi secara singkat tentang Tinjauan kepustakaan dan asuhan keperawatan.
c. Bagi Pendidikan
Menambah referensi dan sumber bacaan secara singkat tentang kista ovari
BAB II
Tinjauan Pustaka
A. Definisi kista ovari
Kista adalah suatu jenis tumor, emyebab pastinya sendiri belum diketahui, diduga seringnya memakai kesuburan. (Soemadi, 2006)
Kista adalah suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan atau benda seperti bubur.(Dewa, 2000)
B. Sifat kista
1. Kista Fisiologis
Kista yang bersifat fisiologis lazim terjadi dan itu normal normal saja. Sasuai suklus menstruasi, di ovarium timbul folikel dan folikelnya berkembang, dan gambaranya seperti kista. Biasanya kista tersebut berukuran dibawah 5 cm, dapat dideteksi dengan menggunakan pemeriksaan USG, dan dalam 3 bulan akan hilang. Jadi ,kista yang bersifat fisiologis tidak perlu operasi, karena tidak berbahaya dan tidak menyebabkan keganasan, tetapi perlu diamati apakah kista tersebut mengalami pembesaran atau tidak.
Kista yang bersifat fisiologis ini dialami oleh orang di usia reproduksi karena dia masih mengalami menstruasi. Bila seseorang diperiksa ada kista, jangan takut dulu, karena mungkin kstanya bersifat fisiologis. Biasanya kista fisiologis tidak menimbuklkan nyeri pada saat haid.
2. Kista Patologis (Kanker Ovarium)
Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium. Kanker ovarium merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua kanker ginekologi. Angka kematian yang tinggi karena penyakit ini pada awalnya bersifat tanpa gejala dan tanpa menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi metastasis, sehingga 60-70% pasien dating pada stadium lanjut, penyakit ini disebut juga sebagai silent killer. Angka kematian penyakit ini di Indonesia belum diketahui dengan pasti.
Pada yang patologis, pembesaran bisa terjadi relative cepat, yang kadang tidak disadari si penderita. Karena, kista tersebut sering muncul tanpa gejala seperti penyakit umumnya. Itu sebabnya diagnosa aalnya agak sulit dilakukan. Gejala gejala seperti perut yang agak membuncit serta bagian bawah perut yang terasa tidak enak biasanya baru dirasakan saat ukuranya sudah cukup besar. Jika sudah demikian biasanya perlu dilakukan tindakan pengangkatan melalui proses laparoskopi, sehingga tidak perlu dilakukan pengirisan di bagian perut penderita. Setelah di angkat pemeriksaan rutin tetap perlu dilakukan untuk mengetahui apakah kista itu akan muncul kembali atau tidak.
Ada lagi jenis kista abnormal pada ovarium. Jenis ini ada yang bersifat jinak dan ganas. Bersifat jinak jika bisa berupa spot dan benjolan yang tidak menyebar. Meski jinak kista ini dapat berubah menjadi ganas. Sayangnya sampai saat ini, belum diketahui dengan pasti penyebab perubahan sifat tersebut.
Kista ganas yang mengarah ke kanker biasanya bersekat sekat dan dinding sel tebal dan tidak teratur. Tidak seperti kista fisiologis yang hanya berisi cairan, kista abnormal memperlihatkan campuran cairan dan jaringan solid dan dapat bersifat ganas.
C. Jenis kista
Jenis kista indung telur meliputi:
1. Kista Fungsional.
Sering tanpa gejala, timbul gejala rasa sakit bila disertai komplikasi seprti terpuntir/ pecah, tetapi komplikasi ini sangat jarang. Dan sangat jarang pada kedua indung telur. Kista bisa mengecil dalam waktu 1-3 bilan.
2. Kista Dermoid.
Terjadi karena jaringan dalam telur yang tidak dibuahi kemudian tumbuh menjadi beberapa jaringan seperti rambut, tulang, lemak. Kista dapat terjadi pada kedua indung telur dan biasanya tanpa gejala. Timbul gejala rasa sakit bila kista terpuntir/ pecah.
3. Kista Cokelat. (Edometrioma)
Terjadi karena lapisan didalam rahim (yang biasanya terlepas sewaktu haid dan terlihat keluar dari kemaluan seperti darah); tidak terletak dalam ragim tetapi melekat pada dinding luar indung telur. Akibat peristiwa ini setiap kali haid, lapisan tersebut menghasilakan darah haid yang akan terus menerus tertimbun dan menjadi kista. Kista ini bisa 1 pada dua indung telur. Timbul gejala utama yaitu rasa sakit terutama sewaktu haid/ sexsuale intercourse.
4. Kistadenoma.
Berasal dari pembungkus indung telur yang tumbuh menjadi kista. Kista jenis ini juga dapat menyerang indung telur kanan dan kiri. Gejala yang timbul biasanya akibat penekanan pada bagian tubuh sekitar seperti VU sehingga dapat menyebabkan inkontinensia. Jarang terjadi tetapi mudah menjadi ganas terutama pada usia diatas 45 tahun atau kurang dari 20 tahun.
Contoh Kistadenoma;
a. Kistadenoma ovarii serosum.
Berasal dari epitel germinativum. Bentuk umunya unilokuler, bila multilokuler perlu dicurigai adanya keganasan. Kista ini dapat membesar, tetapi tidak sebesar kista musinosum.
Gambaran klinis pada kasus ini tidak klasik. Selain teraba massa intraabdominal, dapat timbul asites. Penatalaksanaan umumnya sama seperti Kistadenoma ovarii musinosum.
b. Kistadenoma ovarii musinosum.
Asal kista belum pasti. Menurut Meyer, kista ini berasal dari teratoma, pendapat lain mengemukakan kista ini berasal dari epitel germinatifum atau mempunyai asal yang sama dengan tumor Brener. Bentuk kista multilobuler, biasanya unilatelar dapat tumbuh menjadi sangat bersar.
Gambaran klinis terdapat perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif sehingga timbul pelekatan kista dengan omentum, usus dan peritoneum parietal. Selain itu, bisa terjadi ileus karena perlekatan dan produksi musin yang terus bertambah akibat pseudomiksoma peritonei.
Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista tanpa pungsi terlebih dahulu dengan atau tanpa salpingo ooforektomi tergantung besarnya kista.
D. Etiologi kista
Factor yang menyebabkan gajala kista meliputi;
1. Gaya hidup tidak sehat.
Diantaranya;
a. Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat
b. Zat tambahan pada makanan
c. Kurang olah raga
d. Merokok dan konsumsi alcohol
e. Terpapar denga polusi dan agen infeksius
f. Sering stress
2. Faktor genetic.
Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu kanker, yaitu yang disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan yang bersifat karsinogen , polusi, atau terpapar zat kimia tertentu atau karena radiasi, protoonkogen ini dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker.
E. Manifestasi klinis
Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulakan gejala dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat berfariasi dan tidak spesifik.
Pada stadium awal gejalanya dapat berupa;
1. Gangguan haid
2. Jika sudah menekan rectum atau VU mungkin terjadi konstipasi atau sering berkemih.
3. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut.
4. Nyeri saat bersenggama.
Pada stadium lanjut;
1. Asites
2. Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta oran organ di dalam rongga perut (usus dan hati)
3. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan,
4. Gangguan buang air besar dan kecil.
5. Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada.
F. Pemerikasaaan Diagnostik
Deteksi dini
Keterlambatan mendiagnosis kanker ovarium sering terjadi karena letak ovarium berada didalam rongga panggul sehingga tidak terlihat dari luar. Biasanya kanker ovarium ini di deteksi lewat pemeriksaan dalam. Bila kistanya sudah membesar maka akan terabab ada benjolan. Jika dokter menemukan kista, maka selanjutanya akan dilakukan USG untuk memastikan apakah ada tanda tanda kanker atau tidak.
Kemudian dibutuhkan pemeriksaan lanjutan dengan mengambil jaringan (biopsy) untuk memastikan kista tersebut jinak atau ganas. Ini bisa dilakukan dengan laparskopi, melalui lubang kecil di perut. Pemeriksaan lainnya dengan CT Scan dan tumor marker dengan pemeriksaan darah.
G. Patofisiologi
Ada berbagai penjelasan dan klasifikasi kista coledocal berdasarkan pada lokasi dan anatomi. Klasifikasi yang paling membantu dibuat oleh Todani yang dimodifikasi dari klasifikasi yang disusun oleh Alonsolej. Jenis pertama ditandai oleh adanya penggabungan (fusiformis) dilatasi duktus bilier tempat duktus kista masuk (paling lazim). Kista coledocal dianggap merupakan gambaran awal dari kelainan sistem bilier pankretikus. Beberapa keadaan yang sering berkaitan dengan kista coledocal adalah keadaan jungta anomali duktus pankreatikus dan duktus bilier besar, stenosis duktus bilier bagian distal, dilatasi duktus intra hepatik. Ketidaknormalan histologi duktus bilier besar dan ketidaknormalan histologi hepar dari normal sampai sirosis hepatis. Gambaran-gambaran ini terjadi dalam beberapa tahapan dan kombinasi perubahan anatomi dan malformasi.
BAB III
Tinjauan Kasus
A. PENGKAJIAN
1. Biodata Pasien
a. Nama : Ny. S
b. Umur : 36 tahun
c. Alamat : Grogol penatus, 3/3 petanahan
d. Pendidikan : SD
e. Pekerjaan : IRT
f. No Register : 211988
g. Dx Medis : kista ovari
h. Tindakan Operasi : Kistektomy
i. Kamar Op/Tanggal : Jumat, 23/ 12 /2011, Kamar 2.
2. Biodata Penanggung Jawab
a. Nama : Tn.S
b. Umur : 45 tahun
c. Alamat : Grogol penatus, 3/3 petanahan
d. Pekerjaan : swasta
e. Pendidikan : SMP
f. Hubungan dengan pasien : suami
3. Keluhan utama :
Pasien mengatakan nyeri
4. Riwayat Kesehatan
a. Sekarang :
Pasien Ny. S, 36 th pada hari jumat,23 Des 11 pukul 09.00 wib datang ke Poli Bedah PKU Muhammadiyah Gombong dengan keluhan nyeri pada perut,dan nyeri saat menstruasi. Saat di kaji pasien compos mentis, GCS 15, hasil pemeriksaan tanda vital TD 120/70 mmHg, N 76x/menit, RR 20 x/menit, S 360 C. Pengkajian nyeri : P : pasien mengatakan nyeri saat menstruasi dan berkurang saat tidur, Q: nyeri seperti diremas-remas, R : suprapubic, S : skala 6,T : hilang timbul
b. Dahulu :
Pasien sebelumnya belum pernah mengalami kista dan hanya masuk angin dan berobat di puskesmas dan belum pernah dioperasi.
c. Keluarga :
Keluarga pasien saat ini tidak ada yang mengalami penyakit seperti pasien, dan pasien tidak mempunyai penyakit keturunan seperti DM, Hipertensi dll.
5. Status Kesehatan :
1) Kesadaran : Compos Metis
2) Vital Sign : TD : 120/70 mmHg
RR : 22 x/menit
N : 76x/menit
S : 36 0 C
3) Head to Toe
a) Kepala : mesochepal, tidak ada lesi, tidak ada hematoma, tidak ada nyeri tekan
b) Rambut : warna hitam, tampak kusut, tidak ada kebotakan
c) Mata : pengelihatan normal, diameter pupil 3, sclera an ikterik, konjungtiva anemis, pupil isokor
d) Hidung : bentuk simertis, tidak ada perdarahan, tidak ada secret
e) Telinga : bentuk normal, pendengaran normal, tidak ada secret,
tidak ada perdarahan
f) Mulut dan gigi : mukosa kering, mulut dan gigi bersih
i. Leher : tidak ada pembesaran tyroid, nadi karotis teraba, tidak ada pembesaran limfoid
g) Thorax :
Pemeriksaan Jantung Paru- paru
Inspeksi Tidak ada pembesaran , tidak ada bekas luka Frekuensi nafas tidak teratur, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada jejas
Palpasi Tidak ada pembersaran, tidak ada benjolan Tidak ada pembersaran, tidak ada benjolan
Perkusi Bunyi redup Bunyi redup
Auskultasi Bunyi S1 S2 normal Bunyi vesikuler
h) Abdomen :
P : pasien mengatakan nyeri saat menstruasi dan berkurang saat tidur, Q: nyeri seperti diremas-remas, R : suprapubic, S : skala 6,T : hilang timbul
I : bentuk simetris, tidak ada benjolan, tidak ada bekas
luka
A : bising usus 6 x/menit,
P : suara timpani
P : tidak ada pembesaran hati,ada nyeri tekan
i) Genitalia : Genitalia normal, urin tidak ada darah, urine berwarna kuning jernih.
j) Eksteremitas : kekuatan otot 5 5
5 5
Refleks pasien : baik, ROM : sebagian, Akral hangat, tidak ada edema
4) Pencukuran daerah operasi : Sudah
5) Kompres daerah operasi dengan kassa alcohol : Sudah
6) Pengosongan lambung : sudah
7) Pengosongan kandung kemih : sudah
8) Baju operasi : Sudah
6. Pola fungsional ( Virginia Handerson)
a) Pola oksigenasi
Sebelum sakit : pasien bernafas secara normal, tidak pernah sesak nafas
Saat dikaji : pasien sesak nafas, tidak sesak RR 20x/ menit
b) Pola nutrisi
Sebelum sakit : pasien makan 3x sehari ( nasi, sayur, dan lauk ) minum 6-8 gelas/hari,
Saat dikaji : pasien sudah makan dirumah 3x sehari
c) Pola eliminasi
Sebelum sakit : pasien BAK 4-6x/hari dan BAB 1x/hari
Saat dikaji : pasien BAK belum, BAB belum
d) Pola aktivitas/ bekerja
Sebelum sakit : pasien melakukan aktivitas secara mandiri
Saat dikaji : aktivitas pasien dibantu oleh keluarga karena pasien merasa kesakitan
e) Pola istirahat
Sebelum sakit : pasien istirahat/ tidur 8-10 jam/hari, pasien tidak
mengalami gangguan tidur
Saat dikaji : pasien istirahat/ tidur 7-8 jam/hari, pasien
mengalami gangguan tidur karena menahan nyeri
f) Pola suhu
Sebelum sakit : pasien tidak pernah demam (suhu normal)
Saat dikaji : suhu pasien 360C
g) Pola gerak dan keseimbangan
Sebelum sakit : pasien dapat melakukan gerak bebas sesuai keinginannya
Saat dikaji : pasien dapat melakukan gerak bebas sesuai keinginannya
h) Pola berpakaian
Sebelum sakit : pasien dapat mengenakan pakaiannya secara mandiri dan memakai pakaian kesayangannya
Saat dikaji : pasien menggunakan baju operasi tanpa bantuan
i) Pola personal hygine
Sebelum sakit : pasien biasa mandi 2xsehari dengan air bersih dan sabun, mandi tanpa bantuan keluarganya
Saat dikaji : pasien mandi dengan cara diseka dan dibantu keluarganya
j) Pola komunikasi
Sebelum sakit : pasien berkomunikasi dengan lancar, memakai bahasa
daerah
Saat dikaji : pasien berkomunikasi dengan lancar, memakai bahasa
daerah
k) Pola spiritual
Sebelum sakit : pasien beribadah sesuai agamanya
Saat dikaji : pasien beribadah sesuai kemampuannya
l) Pola aman & nyaman
Sebelum sakit : pasien merasa aman dan nyaman hidup bersama keluarga
Saat dikaji : pasien merasa gelisah karena akan dilakukan operasi
m) Pola rekreasi
Sebelum sakit : pasien kadang-kadang berekreasi ke tempat-tempat wisata
Saat dikaji : pasien tidak dapat berekreasi
n) Pola belajar
Sebelum sakit : pasien tidak mengetahui penyakit yang dideritanya
Saat dikaji : pasien tidak mengetahui penyakit yang dideritanya
7. PERSIAPAN PENUNJANG
USG : Gambaran kista coklat
Lab : tanggal 23- 12- 2011 jam 12.18 wib
Hematologi Hasil Satuan Normal
Leukosit 8.01 10^3/uL 4.8 – 10.8
Eritrosit 4.27 10^6/uL 4.7 – 6.10
Hemoglobin 10.4 9/dL 14.0 – 18.0
Hematokrit 33.0 % 42.0 – 52.0
MCV 77.3 fL 79.0 – 99.0
MCH 24.4 Pg 27.0 – 31.0
MCHC 31.5 g/dL 330 – 37.0
Trombosit 426 10^3/uL 150 – 450
CT : 4 menit
BT : 2 menit
Gol Darah : O
HbsAg : negatif
GDS : 109 mg/dl
8. INFORM CONSENT : Sudah
9. TERAPI : -
B. PRE OPERASI
a. Pengkajian
1) Pasien mengatakan nyeri pada perut
2) P : pasien mengatakan nyeri saat menstruasi dan berkurang saat tidur, Q: nyeri seperti diremas-remas, R : suprapubic, S : skala 6,T : hilang timbul
3) Pasien mengatakan takut karena belum pernah dilakukan operasi sebelumnya
b. Analisa Data Pre Operasi :
No Hari/tanggal Data focus Etiologi Masalah kep.
1. Jumat, 23 Des 2011
DS : Pasien mengatakan nyeri
P : pasien mengatakan nyeri saat menstruasi dan berkurang saat tidur, Q: nyeri seperti diremas-remas, R : suprapubic, S : skala 6,T : hilang timbul
DO :
Td : 120/70 mmHg
N : 76x/menit
Pasien tampak menahan nyeri Agen cedera biologis : kista ovari Nyeri akut
2 Jumat, 23 Des 2011
DS : Pasien mengatakan takut karena belum pernah dilakukan operasi sebelumnya
DO :
• Pasien tampak gelisah
• TD : 120/70 mmHg
• N : 76x/menit Perubahan status kesehatan Ansietas
c. Rumusan Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b.d agen cedera biologis : Kista ovari
2) Ansietas b.d perubahan status kesehatan
d. Rencana Pre Operasi
No Masalah keperawatan NOC NIC
1 Nyeri akut b.d agen cedera biologis : kista ovari
Setelah dilakukan tindakan selama di ruang Pre diharapkan masalah Nyeri akut dapat teratasi dengan kriteria :
Indikator Awal tujuan
Skala 6 4
Expresi wajah Menahan nyeri Relax
a. Observasi P,Q,R,S,T
b. Observasi TTV
c. Atur posisi pasien semi fowler di ruang persiapan op
d. Ajarkan teknik relaksasi-distraksi : nafas dalam
e. Berikan antiemetik, analgetik jika diperlukan
2 Ansietas b.d Kurang informasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama di ruang Pre, masalah keperawatan diharapkan teratasi Ansietas indicator :
Indikator Awal tujuan
Kesiapan Belum siap Siap operasi
Wajah Gelisah tenang
a. Gali penyebab kecemasan
b. Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya
c. Berikan informasi tentang penyakit yang diderita klien
d. Berikan prosedur tindakan yang akan dilakukan
e. Motivasi klien
a. Pelaksanaan dan Evaluasi Pre Operasi
No Dx Hari/ tanggal Implementasi Evaluasi ( SOAP )
1 Jumat, 23 Des 2011 a. Mengobservasi P,Q,R,S,T
b. Mengobservasi TTV
c. mengatur posisi pasien semi fowler di ruang persiapan op
d. Mengajarkan teknik relaksasi-distraksi : nafas dalam
e. Memberikan antiemetik, analgetik sesuai program
Subjektif : pasien mengatakan nyeri berkurang
P : nyeri berkurang saat nafas dalam
Q : nyeri seperti diremas-remas
R : suprapubic
S : skala 6
T : hilang timbul
Objektif :
TD : 120/70 mmHg
N : 80x/menit
Assessment : masalah belum teratasi
Panning : lanjutkan intervensi
2 Jumat, 23 Des 2011 a. Menggali penyebab kecemasan
b. Memberikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya
c. Memberikan informasi tentang penyakit yang diderita klien
d. Memberikan prosedur tindakan yang akan dilakukan
e. Memotivasi klien Subjektif :
• pasien mengatakan mengerti tentang penyakitnya setelah dijelaskan oleh perawat
• Pasien mengatakan siap menghadapi operasi
Objektif :
• Pasien tampak tenang
Assessment : masalah teratasi
Panning : lanjutkan intervensi
C. ASKEP INTRA OPERASI
1. Pengkajian
• Terdapat luka insisi 5 cm di area operasi
• Urine output 50 cc
• TD : 110/70 mmHg
• N : 80x/menit
2. Analisa Data Intra Operasi
No Hari/ Tanggal Data Fokus Etiologi Masalah Keperawatan
1 Jumat, 23 Des 2011 DS : -
DO :Terdapat luka insisi 5cm di area operasi
Urine output 50 cc
TD : 110/70 mmHg
N : 80x/menit
Luka insisi Resti perdarahan
3. Rumusan diagnosa keperawatan :
a. Resti Perdarahan b.d luka insisi
4. Perencanaan Intra Operasi
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1 Resti Perdarahan b.d luka insisi
Setelah dilakukan perawatan operasi diruang Operasi masalah Resti perdarahan dapat teratasi. Dengan kriteria:
• Tidak terdapat perdarahan
• Urine output normal ( 50 cc)
a. Kaji Kesadaran pasien
b. Kaji TTV
c. Pantau status cairan input dan output
d. Kolaborasi berikan obat anti perdarahan (jika di perlukan)
5. Pelaksanaan dan Evaluasi Operasi
No Dx Hari/ tanggal Implementasi Evaluasi ( SOAP )
1 Jumat, 26 Des 2011 a. mengkaji Kesadaran pasien
b. mengkaji TTV
c. memantau status cairan input dan output
Subjektif : -
Objektif :
• Kesadaran pasien : compos mentis
• TD : 110/60 mmHg
• N : 78x/menit
• RR : 20x/menit
• S : 360 C
• Cairan input RL 500 cc
• Urine output : 50 cc
• Perdarahan : 300 cc
Assessment : masalah teratasi
Panning : lanjutkan intervensi
D. LAPORAN INTRA OPERASI
1. Persiapan Pasien :
Posisi pasien : Supinasi
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 80X/menit
RR :20x/menit
Suhu : 36 0 C
Anestesi : Regional Anestesi (spinal)
2. Persiapan Alat :
a. Persiapan instrument
Basic set Jml Alat tambahan Jml
Gunting kasa 1 Jas operasi 4
Gunting jaringan 1 Handschoen 4
Klem arteri 10 Duk besar 3
Pinset anatomis (besar dan kecil) 2 Duk lubang 1
Pinset cirurgis (besar dan kecil) 2 Canul suction 1
Kocher 4 Selang suction 1
Duk klem 6 Kassa 6
Nail holder Cutter 1
Scuple (no 3 dan 4) 2 Bisturi no.22 1
Bengkok 2 Benang : plain2/0, chromic 0, cide 2/0, chromic 3/0, side 3/0
2 Big hak 2
Klem ovarium 2
Klem arteri 2
Big kassa 1
Elis 4
b. Proses Operasi
No Tindakan Alat yang disiapkan
1 Atur posisi pasien supine
2 Desinfeksi Kom, betadin, alcohol, klem, kassa
3 Drapping Duk besar, duk kecil, duk klem
4 insisi kulit – otot Pisau, klem, pinset sirurgis, kassa
5 Menghentikan perdarahan Cuter dan klem arteri
6 Insisi peritoneum Gunting, pinset sirurgis.
7. Memperluas pandang area operasi Big hak (2)
8. Mengangkat / memotong kista Gunting jaringan, pinset, klem arteri
9. Menjahit pangkal kista Cromic no.1
10. Menjahit peritoneum dengan jahitan jelujur dan untuk mencegah usus terkena jarum Nail fuder, pinset sirurgis, referdin, plain 2/0
11. Menjahit otot Plan 2/0
12. Menjahit fasia Polisob 1
13. Menjahit subcutis Plan 2/0
14. Menjahit kulit dengan jahitan matras Cide 2/0
15. Perawatan luka dan fiksasi Kassa betadin dan plester
E. ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERASI
1. Jenis anestesi : Regional (spinal) Anestesi
2. Pemeriksaan Bromage
No. Kriteria Nilai Normal Masuk Keluar
1. Gerakan penuh di tungkai 0 1 1
2. Tidak mampu ekstensi tungkai 1 1 2
3. Tidak mampu fleksi lutut 2 1 2
4. Tidak mampu fleksi pergelangan kaki 3 0 1
Nilai masuk 3, nilai keluar 6.
3. Pengkajian
• TD : 110/60 mmHg
• N : 78x/menit
• S : 360 C
• RR : 20x/menit
• Pasien mengatakan sedikit mual
• Pasien tampak menahan mual
4. Analisa Data Post Operasi
No Hari/ Tanggal Data Fokus Etiologi Masalah Keperawatan
1 jumat, 23 Des 2011 DS :
Pasien mengatakan sedikit mual
DO :
• Pasien tampak menahan mual anestesi pasca operasi mual
5. Rumusan Diagnosa Keperawatan Post Operasi
a. Mual b.d anestesi pasca operasi
6. Rencana keperawatan Post Operasi
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1 Mual b.d anestesi pasca operasi
Setelah dilakukan perawatan post operasi diruang RR masalah mual dapat teratasi.
Kriteria hasil :
• Tidak terdapat mata cekung
• Tidak terjadi rasa haus yang tidak normal
• Membrane mukosa lembap
• Pasien melaporkan terbebas dari mual a. Pantau gejala subyektif mual pada pasien
b. Ajarkan kepada pasien menelan secara sadar atau nafas dalam untuk menekan reflex muntah.
c. Ajarkan untuk makan secara berlahan
d. Naikan bagian kepala tempat tidur atau letakan pada posisi lateral untuk mencegah aspirasi
e. Pindahkan segera benda-benda yang menimbulkan bau
f. Berikan perawatan mulut setelah terjadi muntah
g. Pertahankan kebersihan diri dan tempat tidur ketika terjadi muntah
7. Pelaksanaan dan Evaluasi Post Operasi
No Dx Hari/ tanggal Implementasi Evaluasi ( SOAP )
1 Jumat, 23 Des 2011 • Memantau gejala subyektif mual pada pasien
• Mengajarkan kepada pasien menelan secara sadar atau nafas dalam untuk menekan reflex muntah
• Menaikan bagian kepala tempat tidur atau letakan pada posisi lateral untuk mencegah aspirasi
• Mengajarkan untuk makan secara berlahan
• Memindahkan segera benda-benda yang menimbulkan bau
• Memberikan perawatan mulut setelah terjadi muntah
• Mempertahankan kebersihan diri dan tempat tidur ketika terjadi muntah
Subyektif : pasien mengatakan rasa mualnya sudah sedikit berkurang
Obyektif :
-Tidak terdapat mata cekung
-Tidak terjadi rasa haus yang tidak normal
-Membrane mukosa lembab
-Pasien melaporkan terbebas dari mual
Assessment : Masalah mual sudah teratasi sebagian
Planning : Lanjutkan dan modifikasi intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini tim penulis akan membahasnya sesuai dengan asuhan keperawatan yang sudah diterapkan meliputi pengkajian, diagnosa, inervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal untuk melakukan suatu keperawatan yang berguna untuk mengumpulkan data sebagai dasar untuk mengetahui kebutuhan klien sehingga dapat menentukan asuhan keperawatan yang akan dilakukan. Dalam pengumpulan data tim penulis menggunakan metode wawancara atau Tanya jawab dengan keluarga pasien dan klien serta observasi dengan menggunakan pemeriksaan fisik dan menggunakan studi dokumentasi pada status pasien.
Selama melakukan pengkajian tim penulis banyak menemui kesulitan, hal ini dikarenakan penulis dihadapkan pada satu kasus yang memiliki keterbatasan informasi berkaitan dengan penyakit yang di derita pasien. Pada pemerikasaan fisik, tim penulis menemukan indikasi khas yang sesuai dengan teoritis yaitu : nyeri pada saat haid
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan tinjauan pustaka asuhan keperawatan pada kasus kista ovari tim penulis mendapat hasil diagnosa keperawatan yaitu :
1) Nyeri akut b.d agen cedera biologis : akista ovari
2) Ansietas b.d perubahan status kesehatan
3) Resti perdarahan b.d luka insisi
4) Mual b.d efek anestesi
C. Intervensi Keperawatan
Dalam menyusun rencana tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan sesuai dengan kriterianya, maka tim penulis membuat rencana berdasarkan acuan pada tinjauan teoritis yang ada pada tinjauan pustaka, rencana tindakan di buat selama proses pembedahan dari mulai pasien masuk ke ruang induksi sampai pasien keluar dari ruang RR. Dari 4 diagnosa ini intervensi dapat diterapkan pada kasus karena berkat kerjasama yang baik antara perawat, keluarga, dan klien. Dalam menyusun tindakan yang akan dilakukan ini disesuaikan dengan diagnosa yang ditemukan sehingga mendapatkan tujuan yang diinginkan.
D. Implementasi dan Evaluasi
Implementasi dilakukan berdasarkan diagnosa dan rencana keperawatan dan sekaligus dilakukan evaluasi tindakan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Kista adalah suatu jenis tumor, emyebab pastinya sendiri belum diketahui, diduga seringnya memakai kesuburan. (Soemadi, 2006)
Dari kasus Ny. S dapat disimpulkan bahwa kasus kista ovari terdapat manifestasi klinis yang jelas yaitu adanya nyeri pada saat haid di abdomen suprapubic dengan pemeriksaan penunjang lab, USG dll untuk memastikan diagnosa kista ovari
B. SARAN
1. Sebaiknya pasien dibantu keluarga dalam melakukan aktivitas pasca operasi.
2. Sebaiknya pasien miring kiri untuk menghindari muntah dan aspirasi.
3. Sebaiknya pasien mengkonsumsi nutrisi tinggi protein untuk mempercepat penyembuhan luka
DAFTAR PUSTAKA
1. Doenges, Marilynn E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta. EGC
2. Price, SA, Wilson,LM. (1994). Patofisiologi Proses-Proses Penyakit, Buku Pertama. Edisi 4. Jakarta. EGC
3. Smeltzer, Bare (1997). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & suddart. Edisi 8. Volume 2. Jakarta, EGC
4. Swearingen. (1996). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 2. K\Jakarta. EGC
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang banyak menyerang wanita.Kista atau tumor merupakan bentuk gangguan yang bisa dikatakan adanya pertumbuhan sel-sel otot polos pada ovarium yang jinak.
Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan untuk menjadi tumor ganas atau kanker.Perjalanan penyakit yang sillint killer atau secara diam diam menyebabkan banyak wanita yang tidak menyadari bahwa dirinya sudah terserag kista ovarim dan hanya mengetahui pada saat kista sudah dapat teraba dari luar atau membesar.
Kista ovarium juga dapat menjadi ganas dan berubah menjadi kanker ovarium.Untuk mengetahui dan mencegah agar tidak terjadi kanker ovarium maka seharusnya dilakukan pendeteksian dini kanker ovarium dengan pemeriksaan yang lebih lengkap.Sehigga dengan ini pencegahan terjadinya keganasan dapat dilakukan
Kista ovarium memiliki jenis dan klasifikasi yang cukup banyak.Tergantung dari mana kista itu berasal.Untuk lebih lanjutnya akan penulis bahas pada Tinjauan teori
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Peri Operatif Kistektomy pada Klien Ny. S dengan kista ovari di IBS PKU Muhammadiyah Gombong.
C. Ruang Lingkup
Asuhan keperawatan pre operatif, intra operatif, dan post operatif dengan tindakan Kistektomy pada Klien Ny. S dengan kista ovari di ruang OK 2 IBS PKU Muhammadiyah Gombong dengan pendekatan proses asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,implementasi dan evaluasi.
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menambah pengetahuan dan informasi tentang asuhan keperawatan pada kasus kista ovari
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui tentang definisi, etiologi, anatomi fisiologi, Patofisiologi dari kista ovari
b. Mengetahui tanda dan gejala diagnosa banding, komplikasi, penatalaksanaan dari kista ovari
c. Mengetahui pemeriksaan penunjang, asuhan keperawatan dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan dari kista ovari
E. Manfaat
a. Bagi Penyusun
Menambah pengetahuan dan wawasan keperawatan, tinjauan pustaka dari kista ovari
b. Bagi Pembaca
Menambah pengetahuan dan informasi secara singkat tentang Tinjauan kepustakaan dan asuhan keperawatan.
c. Bagi Pendidikan
Menambah referensi dan sumber bacaan secara singkat tentang kista ovari
BAB II
Tinjauan Pustaka
A. Definisi kista ovari
Kista adalah suatu jenis tumor, emyebab pastinya sendiri belum diketahui, diduga seringnya memakai kesuburan. (Soemadi, 2006)
Kista adalah suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan atau benda seperti bubur.(Dewa, 2000)
B. Sifat kista
1. Kista Fisiologis
Kista yang bersifat fisiologis lazim terjadi dan itu normal normal saja. Sasuai suklus menstruasi, di ovarium timbul folikel dan folikelnya berkembang, dan gambaranya seperti kista. Biasanya kista tersebut berukuran dibawah 5 cm, dapat dideteksi dengan menggunakan pemeriksaan USG, dan dalam 3 bulan akan hilang. Jadi ,kista yang bersifat fisiologis tidak perlu operasi, karena tidak berbahaya dan tidak menyebabkan keganasan, tetapi perlu diamati apakah kista tersebut mengalami pembesaran atau tidak.
Kista yang bersifat fisiologis ini dialami oleh orang di usia reproduksi karena dia masih mengalami menstruasi. Bila seseorang diperiksa ada kista, jangan takut dulu, karena mungkin kstanya bersifat fisiologis. Biasanya kista fisiologis tidak menimbuklkan nyeri pada saat haid.
2. Kista Patologis (Kanker Ovarium)
Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium. Kanker ovarium merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua kanker ginekologi. Angka kematian yang tinggi karena penyakit ini pada awalnya bersifat tanpa gejala dan tanpa menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi metastasis, sehingga 60-70% pasien dating pada stadium lanjut, penyakit ini disebut juga sebagai silent killer. Angka kematian penyakit ini di Indonesia belum diketahui dengan pasti.
Pada yang patologis, pembesaran bisa terjadi relative cepat, yang kadang tidak disadari si penderita. Karena, kista tersebut sering muncul tanpa gejala seperti penyakit umumnya. Itu sebabnya diagnosa aalnya agak sulit dilakukan. Gejala gejala seperti perut yang agak membuncit serta bagian bawah perut yang terasa tidak enak biasanya baru dirasakan saat ukuranya sudah cukup besar. Jika sudah demikian biasanya perlu dilakukan tindakan pengangkatan melalui proses laparoskopi, sehingga tidak perlu dilakukan pengirisan di bagian perut penderita. Setelah di angkat pemeriksaan rutin tetap perlu dilakukan untuk mengetahui apakah kista itu akan muncul kembali atau tidak.
Ada lagi jenis kista abnormal pada ovarium. Jenis ini ada yang bersifat jinak dan ganas. Bersifat jinak jika bisa berupa spot dan benjolan yang tidak menyebar. Meski jinak kista ini dapat berubah menjadi ganas. Sayangnya sampai saat ini, belum diketahui dengan pasti penyebab perubahan sifat tersebut.
Kista ganas yang mengarah ke kanker biasanya bersekat sekat dan dinding sel tebal dan tidak teratur. Tidak seperti kista fisiologis yang hanya berisi cairan, kista abnormal memperlihatkan campuran cairan dan jaringan solid dan dapat bersifat ganas.
C. Jenis kista
Jenis kista indung telur meliputi:
1. Kista Fungsional.
Sering tanpa gejala, timbul gejala rasa sakit bila disertai komplikasi seprti terpuntir/ pecah, tetapi komplikasi ini sangat jarang. Dan sangat jarang pada kedua indung telur. Kista bisa mengecil dalam waktu 1-3 bilan.
2. Kista Dermoid.
Terjadi karena jaringan dalam telur yang tidak dibuahi kemudian tumbuh menjadi beberapa jaringan seperti rambut, tulang, lemak. Kista dapat terjadi pada kedua indung telur dan biasanya tanpa gejala. Timbul gejala rasa sakit bila kista terpuntir/ pecah.
3. Kista Cokelat. (Edometrioma)
Terjadi karena lapisan didalam rahim (yang biasanya terlepas sewaktu haid dan terlihat keluar dari kemaluan seperti darah); tidak terletak dalam ragim tetapi melekat pada dinding luar indung telur. Akibat peristiwa ini setiap kali haid, lapisan tersebut menghasilakan darah haid yang akan terus menerus tertimbun dan menjadi kista. Kista ini bisa 1 pada dua indung telur. Timbul gejala utama yaitu rasa sakit terutama sewaktu haid/ sexsuale intercourse.
4. Kistadenoma.
Berasal dari pembungkus indung telur yang tumbuh menjadi kista. Kista jenis ini juga dapat menyerang indung telur kanan dan kiri. Gejala yang timbul biasanya akibat penekanan pada bagian tubuh sekitar seperti VU sehingga dapat menyebabkan inkontinensia. Jarang terjadi tetapi mudah menjadi ganas terutama pada usia diatas 45 tahun atau kurang dari 20 tahun.
Contoh Kistadenoma;
a. Kistadenoma ovarii serosum.
Berasal dari epitel germinativum. Bentuk umunya unilokuler, bila multilokuler perlu dicurigai adanya keganasan. Kista ini dapat membesar, tetapi tidak sebesar kista musinosum.
Gambaran klinis pada kasus ini tidak klasik. Selain teraba massa intraabdominal, dapat timbul asites. Penatalaksanaan umumnya sama seperti Kistadenoma ovarii musinosum.
b. Kistadenoma ovarii musinosum.
Asal kista belum pasti. Menurut Meyer, kista ini berasal dari teratoma, pendapat lain mengemukakan kista ini berasal dari epitel germinatifum atau mempunyai asal yang sama dengan tumor Brener. Bentuk kista multilobuler, biasanya unilatelar dapat tumbuh menjadi sangat bersar.
Gambaran klinis terdapat perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif sehingga timbul pelekatan kista dengan omentum, usus dan peritoneum parietal. Selain itu, bisa terjadi ileus karena perlekatan dan produksi musin yang terus bertambah akibat pseudomiksoma peritonei.
Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista tanpa pungsi terlebih dahulu dengan atau tanpa salpingo ooforektomi tergantung besarnya kista.
D. Etiologi kista
Factor yang menyebabkan gajala kista meliputi;
1. Gaya hidup tidak sehat.
Diantaranya;
a. Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat
b. Zat tambahan pada makanan
c. Kurang olah raga
d. Merokok dan konsumsi alcohol
e. Terpapar denga polusi dan agen infeksius
f. Sering stress
2. Faktor genetic.
Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu kanker, yaitu yang disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan yang bersifat karsinogen , polusi, atau terpapar zat kimia tertentu atau karena radiasi, protoonkogen ini dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker.
E. Manifestasi klinis
Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulakan gejala dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat berfariasi dan tidak spesifik.
Pada stadium awal gejalanya dapat berupa;
1. Gangguan haid
2. Jika sudah menekan rectum atau VU mungkin terjadi konstipasi atau sering berkemih.
3. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut.
4. Nyeri saat bersenggama.
Pada stadium lanjut;
1. Asites
2. Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta oran organ di dalam rongga perut (usus dan hati)
3. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan,
4. Gangguan buang air besar dan kecil.
5. Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada.
F. Pemerikasaaan Diagnostik
Deteksi dini
Keterlambatan mendiagnosis kanker ovarium sering terjadi karena letak ovarium berada didalam rongga panggul sehingga tidak terlihat dari luar. Biasanya kanker ovarium ini di deteksi lewat pemeriksaan dalam. Bila kistanya sudah membesar maka akan terabab ada benjolan. Jika dokter menemukan kista, maka selanjutanya akan dilakukan USG untuk memastikan apakah ada tanda tanda kanker atau tidak.
Kemudian dibutuhkan pemeriksaan lanjutan dengan mengambil jaringan (biopsy) untuk memastikan kista tersebut jinak atau ganas. Ini bisa dilakukan dengan laparskopi, melalui lubang kecil di perut. Pemeriksaan lainnya dengan CT Scan dan tumor marker dengan pemeriksaan darah.
G. Patofisiologi
Ada berbagai penjelasan dan klasifikasi kista coledocal berdasarkan pada lokasi dan anatomi. Klasifikasi yang paling membantu dibuat oleh Todani yang dimodifikasi dari klasifikasi yang disusun oleh Alonsolej. Jenis pertama ditandai oleh adanya penggabungan (fusiformis) dilatasi duktus bilier tempat duktus kista masuk (paling lazim). Kista coledocal dianggap merupakan gambaran awal dari kelainan sistem bilier pankretikus. Beberapa keadaan yang sering berkaitan dengan kista coledocal adalah keadaan jungta anomali duktus pankreatikus dan duktus bilier besar, stenosis duktus bilier bagian distal, dilatasi duktus intra hepatik. Ketidaknormalan histologi duktus bilier besar dan ketidaknormalan histologi hepar dari normal sampai sirosis hepatis. Gambaran-gambaran ini terjadi dalam beberapa tahapan dan kombinasi perubahan anatomi dan malformasi.
BAB III
Tinjauan Kasus
A. PENGKAJIAN
1. Biodata Pasien
a. Nama : Ny. S
b. Umur : 36 tahun
c. Alamat : Grogol penatus, 3/3 petanahan
d. Pendidikan : SD
e. Pekerjaan : IRT
f. No Register : 211988
g. Dx Medis : kista ovari
h. Tindakan Operasi : Kistektomy
i. Kamar Op/Tanggal : Jumat, 23/ 12 /2011, Kamar 2.
2. Biodata Penanggung Jawab
a. Nama : Tn.S
b. Umur : 45 tahun
c. Alamat : Grogol penatus, 3/3 petanahan
d. Pekerjaan : swasta
e. Pendidikan : SMP
f. Hubungan dengan pasien : suami
3. Keluhan utama :
Pasien mengatakan nyeri
4. Riwayat Kesehatan
a. Sekarang :
Pasien Ny. S, 36 th pada hari jumat,23 Des 11 pukul 09.00 wib datang ke Poli Bedah PKU Muhammadiyah Gombong dengan keluhan nyeri pada perut,dan nyeri saat menstruasi. Saat di kaji pasien compos mentis, GCS 15, hasil pemeriksaan tanda vital TD 120/70 mmHg, N 76x/menit, RR 20 x/menit, S 360 C. Pengkajian nyeri : P : pasien mengatakan nyeri saat menstruasi dan berkurang saat tidur, Q: nyeri seperti diremas-remas, R : suprapubic, S : skala 6,T : hilang timbul
b. Dahulu :
Pasien sebelumnya belum pernah mengalami kista dan hanya masuk angin dan berobat di puskesmas dan belum pernah dioperasi.
c. Keluarga :
Keluarga pasien saat ini tidak ada yang mengalami penyakit seperti pasien, dan pasien tidak mempunyai penyakit keturunan seperti DM, Hipertensi dll.
5. Status Kesehatan :
1) Kesadaran : Compos Metis
2) Vital Sign : TD : 120/70 mmHg
RR : 22 x/menit
N : 76x/menit
S : 36 0 C
3) Head to Toe
a) Kepala : mesochepal, tidak ada lesi, tidak ada hematoma, tidak ada nyeri tekan
b) Rambut : warna hitam, tampak kusut, tidak ada kebotakan
c) Mata : pengelihatan normal, diameter pupil 3, sclera an ikterik, konjungtiva anemis, pupil isokor
d) Hidung : bentuk simertis, tidak ada perdarahan, tidak ada secret
e) Telinga : bentuk normal, pendengaran normal, tidak ada secret,
tidak ada perdarahan
f) Mulut dan gigi : mukosa kering, mulut dan gigi bersih
i. Leher : tidak ada pembesaran tyroid, nadi karotis teraba, tidak ada pembesaran limfoid
g) Thorax :
Pemeriksaan Jantung Paru- paru
Inspeksi Tidak ada pembesaran , tidak ada bekas luka Frekuensi nafas tidak teratur, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada jejas
Palpasi Tidak ada pembersaran, tidak ada benjolan Tidak ada pembersaran, tidak ada benjolan
Perkusi Bunyi redup Bunyi redup
Auskultasi Bunyi S1 S2 normal Bunyi vesikuler
h) Abdomen :
P : pasien mengatakan nyeri saat menstruasi dan berkurang saat tidur, Q: nyeri seperti diremas-remas, R : suprapubic, S : skala 6,T : hilang timbul
I : bentuk simetris, tidak ada benjolan, tidak ada bekas
luka
A : bising usus 6 x/menit,
P : suara timpani
P : tidak ada pembesaran hati,ada nyeri tekan
i) Genitalia : Genitalia normal, urin tidak ada darah, urine berwarna kuning jernih.
j) Eksteremitas : kekuatan otot 5 5
5 5
Refleks pasien : baik, ROM : sebagian, Akral hangat, tidak ada edema
4) Pencukuran daerah operasi : Sudah
5) Kompres daerah operasi dengan kassa alcohol : Sudah
6) Pengosongan lambung : sudah
7) Pengosongan kandung kemih : sudah
8) Baju operasi : Sudah
6. Pola fungsional ( Virginia Handerson)
a) Pola oksigenasi
Sebelum sakit : pasien bernafas secara normal, tidak pernah sesak nafas
Saat dikaji : pasien sesak nafas, tidak sesak RR 20x/ menit
b) Pola nutrisi
Sebelum sakit : pasien makan 3x sehari ( nasi, sayur, dan lauk ) minum 6-8 gelas/hari,
Saat dikaji : pasien sudah makan dirumah 3x sehari
c) Pola eliminasi
Sebelum sakit : pasien BAK 4-6x/hari dan BAB 1x/hari
Saat dikaji : pasien BAK belum, BAB belum
d) Pola aktivitas/ bekerja
Sebelum sakit : pasien melakukan aktivitas secara mandiri
Saat dikaji : aktivitas pasien dibantu oleh keluarga karena pasien merasa kesakitan
e) Pola istirahat
Sebelum sakit : pasien istirahat/ tidur 8-10 jam/hari, pasien tidak
mengalami gangguan tidur
Saat dikaji : pasien istirahat/ tidur 7-8 jam/hari, pasien
mengalami gangguan tidur karena menahan nyeri
f) Pola suhu
Sebelum sakit : pasien tidak pernah demam (suhu normal)
Saat dikaji : suhu pasien 360C
g) Pola gerak dan keseimbangan
Sebelum sakit : pasien dapat melakukan gerak bebas sesuai keinginannya
Saat dikaji : pasien dapat melakukan gerak bebas sesuai keinginannya
h) Pola berpakaian
Sebelum sakit : pasien dapat mengenakan pakaiannya secara mandiri dan memakai pakaian kesayangannya
Saat dikaji : pasien menggunakan baju operasi tanpa bantuan
i) Pola personal hygine
Sebelum sakit : pasien biasa mandi 2xsehari dengan air bersih dan sabun, mandi tanpa bantuan keluarganya
Saat dikaji : pasien mandi dengan cara diseka dan dibantu keluarganya
j) Pola komunikasi
Sebelum sakit : pasien berkomunikasi dengan lancar, memakai bahasa
daerah
Saat dikaji : pasien berkomunikasi dengan lancar, memakai bahasa
daerah
k) Pola spiritual
Sebelum sakit : pasien beribadah sesuai agamanya
Saat dikaji : pasien beribadah sesuai kemampuannya
l) Pola aman & nyaman
Sebelum sakit : pasien merasa aman dan nyaman hidup bersama keluarga
Saat dikaji : pasien merasa gelisah karena akan dilakukan operasi
m) Pola rekreasi
Sebelum sakit : pasien kadang-kadang berekreasi ke tempat-tempat wisata
Saat dikaji : pasien tidak dapat berekreasi
n) Pola belajar
Sebelum sakit : pasien tidak mengetahui penyakit yang dideritanya
Saat dikaji : pasien tidak mengetahui penyakit yang dideritanya
7. PERSIAPAN PENUNJANG
USG : Gambaran kista coklat
Lab : tanggal 23- 12- 2011 jam 12.18 wib
Hematologi Hasil Satuan Normal
Leukosit 8.01 10^3/uL 4.8 – 10.8
Eritrosit 4.27 10^6/uL 4.7 – 6.10
Hemoglobin 10.4 9/dL 14.0 – 18.0
Hematokrit 33.0 % 42.0 – 52.0
MCV 77.3 fL 79.0 – 99.0
MCH 24.4 Pg 27.0 – 31.0
MCHC 31.5 g/dL 330 – 37.0
Trombosit 426 10^3/uL 150 – 450
CT : 4 menit
BT : 2 menit
Gol Darah : O
HbsAg : negatif
GDS : 109 mg/dl
8. INFORM CONSENT : Sudah
9. TERAPI : -
B. PRE OPERASI
a. Pengkajian
1) Pasien mengatakan nyeri pada perut
2) P : pasien mengatakan nyeri saat menstruasi dan berkurang saat tidur, Q: nyeri seperti diremas-remas, R : suprapubic, S : skala 6,T : hilang timbul
3) Pasien mengatakan takut karena belum pernah dilakukan operasi sebelumnya
b. Analisa Data Pre Operasi :
No Hari/tanggal Data focus Etiologi Masalah kep.
1. Jumat, 23 Des 2011
DS : Pasien mengatakan nyeri
P : pasien mengatakan nyeri saat menstruasi dan berkurang saat tidur, Q: nyeri seperti diremas-remas, R : suprapubic, S : skala 6,T : hilang timbul
DO :
Td : 120/70 mmHg
N : 76x/menit
Pasien tampak menahan nyeri Agen cedera biologis : kista ovari Nyeri akut
2 Jumat, 23 Des 2011
DS : Pasien mengatakan takut karena belum pernah dilakukan operasi sebelumnya
DO :
• Pasien tampak gelisah
• TD : 120/70 mmHg
• N : 76x/menit Perubahan status kesehatan Ansietas
c. Rumusan Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b.d agen cedera biologis : Kista ovari
2) Ansietas b.d perubahan status kesehatan
d. Rencana Pre Operasi
No Masalah keperawatan NOC NIC
1 Nyeri akut b.d agen cedera biologis : kista ovari
Setelah dilakukan tindakan selama di ruang Pre diharapkan masalah Nyeri akut dapat teratasi dengan kriteria :
Indikator Awal tujuan
Skala 6 4
Expresi wajah Menahan nyeri Relax
a. Observasi P,Q,R,S,T
b. Observasi TTV
c. Atur posisi pasien semi fowler di ruang persiapan op
d. Ajarkan teknik relaksasi-distraksi : nafas dalam
e. Berikan antiemetik, analgetik jika diperlukan
2 Ansietas b.d Kurang informasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama di ruang Pre, masalah keperawatan diharapkan teratasi Ansietas indicator :
Indikator Awal tujuan
Kesiapan Belum siap Siap operasi
Wajah Gelisah tenang
a. Gali penyebab kecemasan
b. Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya
c. Berikan informasi tentang penyakit yang diderita klien
d. Berikan prosedur tindakan yang akan dilakukan
e. Motivasi klien
a. Pelaksanaan dan Evaluasi Pre Operasi
No Dx Hari/ tanggal Implementasi Evaluasi ( SOAP )
1 Jumat, 23 Des 2011 a. Mengobservasi P,Q,R,S,T
b. Mengobservasi TTV
c. mengatur posisi pasien semi fowler di ruang persiapan op
d. Mengajarkan teknik relaksasi-distraksi : nafas dalam
e. Memberikan antiemetik, analgetik sesuai program
Subjektif : pasien mengatakan nyeri berkurang
P : nyeri berkurang saat nafas dalam
Q : nyeri seperti diremas-remas
R : suprapubic
S : skala 6
T : hilang timbul
Objektif :
TD : 120/70 mmHg
N : 80x/menit
Assessment : masalah belum teratasi
Panning : lanjutkan intervensi
2 Jumat, 23 Des 2011 a. Menggali penyebab kecemasan
b. Memberikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya
c. Memberikan informasi tentang penyakit yang diderita klien
d. Memberikan prosedur tindakan yang akan dilakukan
e. Memotivasi klien Subjektif :
• pasien mengatakan mengerti tentang penyakitnya setelah dijelaskan oleh perawat
• Pasien mengatakan siap menghadapi operasi
Objektif :
• Pasien tampak tenang
Assessment : masalah teratasi
Panning : lanjutkan intervensi
C. ASKEP INTRA OPERASI
1. Pengkajian
• Terdapat luka insisi 5 cm di area operasi
• Urine output 50 cc
• TD : 110/70 mmHg
• N : 80x/menit
2. Analisa Data Intra Operasi
No Hari/ Tanggal Data Fokus Etiologi Masalah Keperawatan
1 Jumat, 23 Des 2011 DS : -
DO :Terdapat luka insisi 5cm di area operasi
Urine output 50 cc
TD : 110/70 mmHg
N : 80x/menit
Luka insisi Resti perdarahan
3. Rumusan diagnosa keperawatan :
a. Resti Perdarahan b.d luka insisi
4. Perencanaan Intra Operasi
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1 Resti Perdarahan b.d luka insisi
Setelah dilakukan perawatan operasi diruang Operasi masalah Resti perdarahan dapat teratasi. Dengan kriteria:
• Tidak terdapat perdarahan
• Urine output normal ( 50 cc)
a. Kaji Kesadaran pasien
b. Kaji TTV
c. Pantau status cairan input dan output
d. Kolaborasi berikan obat anti perdarahan (jika di perlukan)
5. Pelaksanaan dan Evaluasi Operasi
No Dx Hari/ tanggal Implementasi Evaluasi ( SOAP )
1 Jumat, 26 Des 2011 a. mengkaji Kesadaran pasien
b. mengkaji TTV
c. memantau status cairan input dan output
Subjektif : -
Objektif :
• Kesadaran pasien : compos mentis
• TD : 110/60 mmHg
• N : 78x/menit
• RR : 20x/menit
• S : 360 C
• Cairan input RL 500 cc
• Urine output : 50 cc
• Perdarahan : 300 cc
Assessment : masalah teratasi
Panning : lanjutkan intervensi
D. LAPORAN INTRA OPERASI
1. Persiapan Pasien :
Posisi pasien : Supinasi
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 80X/menit
RR :20x/menit
Suhu : 36 0 C
Anestesi : Regional Anestesi (spinal)
2. Persiapan Alat :
a. Persiapan instrument
Basic set Jml Alat tambahan Jml
Gunting kasa 1 Jas operasi 4
Gunting jaringan 1 Handschoen 4
Klem arteri 10 Duk besar 3
Pinset anatomis (besar dan kecil) 2 Duk lubang 1
Pinset cirurgis (besar dan kecil) 2 Canul suction 1
Kocher 4 Selang suction 1
Duk klem 6 Kassa 6
Nail holder Cutter 1
Scuple (no 3 dan 4) 2 Bisturi no.22 1
Bengkok 2 Benang : plain2/0, chromic 0, cide 2/0, chromic 3/0, side 3/0
2 Big hak 2
Klem ovarium 2
Klem arteri 2
Big kassa 1
Elis 4
b. Proses Operasi
No Tindakan Alat yang disiapkan
1 Atur posisi pasien supine
2 Desinfeksi Kom, betadin, alcohol, klem, kassa
3 Drapping Duk besar, duk kecil, duk klem
4 insisi kulit – otot Pisau, klem, pinset sirurgis, kassa
5 Menghentikan perdarahan Cuter dan klem arteri
6 Insisi peritoneum Gunting, pinset sirurgis.
7. Memperluas pandang area operasi Big hak (2)
8. Mengangkat / memotong kista Gunting jaringan, pinset, klem arteri
9. Menjahit pangkal kista Cromic no.1
10. Menjahit peritoneum dengan jahitan jelujur dan untuk mencegah usus terkena jarum Nail fuder, pinset sirurgis, referdin, plain 2/0
11. Menjahit otot Plan 2/0
12. Menjahit fasia Polisob 1
13. Menjahit subcutis Plan 2/0
14. Menjahit kulit dengan jahitan matras Cide 2/0
15. Perawatan luka dan fiksasi Kassa betadin dan plester
E. ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERASI
1. Jenis anestesi : Regional (spinal) Anestesi
2. Pemeriksaan Bromage
No. Kriteria Nilai Normal Masuk Keluar
1. Gerakan penuh di tungkai 0 1 1
2. Tidak mampu ekstensi tungkai 1 1 2
3. Tidak mampu fleksi lutut 2 1 2
4. Tidak mampu fleksi pergelangan kaki 3 0 1
Nilai masuk 3, nilai keluar 6.
3. Pengkajian
• TD : 110/60 mmHg
• N : 78x/menit
• S : 360 C
• RR : 20x/menit
• Pasien mengatakan sedikit mual
• Pasien tampak menahan mual
4. Analisa Data Post Operasi
No Hari/ Tanggal Data Fokus Etiologi Masalah Keperawatan
1 jumat, 23 Des 2011 DS :
Pasien mengatakan sedikit mual
DO :
• Pasien tampak menahan mual anestesi pasca operasi mual
5. Rumusan Diagnosa Keperawatan Post Operasi
a. Mual b.d anestesi pasca operasi
6. Rencana keperawatan Post Operasi
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1 Mual b.d anestesi pasca operasi
Setelah dilakukan perawatan post operasi diruang RR masalah mual dapat teratasi.
Kriteria hasil :
• Tidak terdapat mata cekung
• Tidak terjadi rasa haus yang tidak normal
• Membrane mukosa lembap
• Pasien melaporkan terbebas dari mual a. Pantau gejala subyektif mual pada pasien
b. Ajarkan kepada pasien menelan secara sadar atau nafas dalam untuk menekan reflex muntah.
c. Ajarkan untuk makan secara berlahan
d. Naikan bagian kepala tempat tidur atau letakan pada posisi lateral untuk mencegah aspirasi
e. Pindahkan segera benda-benda yang menimbulkan bau
f. Berikan perawatan mulut setelah terjadi muntah
g. Pertahankan kebersihan diri dan tempat tidur ketika terjadi muntah
7. Pelaksanaan dan Evaluasi Post Operasi
No Dx Hari/ tanggal Implementasi Evaluasi ( SOAP )
1 Jumat, 23 Des 2011 • Memantau gejala subyektif mual pada pasien
• Mengajarkan kepada pasien menelan secara sadar atau nafas dalam untuk menekan reflex muntah
• Menaikan bagian kepala tempat tidur atau letakan pada posisi lateral untuk mencegah aspirasi
• Mengajarkan untuk makan secara berlahan
• Memindahkan segera benda-benda yang menimbulkan bau
• Memberikan perawatan mulut setelah terjadi muntah
• Mempertahankan kebersihan diri dan tempat tidur ketika terjadi muntah
Subyektif : pasien mengatakan rasa mualnya sudah sedikit berkurang
Obyektif :
-Tidak terdapat mata cekung
-Tidak terjadi rasa haus yang tidak normal
-Membrane mukosa lembab
-Pasien melaporkan terbebas dari mual
Assessment : Masalah mual sudah teratasi sebagian
Planning : Lanjutkan dan modifikasi intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini tim penulis akan membahasnya sesuai dengan asuhan keperawatan yang sudah diterapkan meliputi pengkajian, diagnosa, inervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal untuk melakukan suatu keperawatan yang berguna untuk mengumpulkan data sebagai dasar untuk mengetahui kebutuhan klien sehingga dapat menentukan asuhan keperawatan yang akan dilakukan. Dalam pengumpulan data tim penulis menggunakan metode wawancara atau Tanya jawab dengan keluarga pasien dan klien serta observasi dengan menggunakan pemeriksaan fisik dan menggunakan studi dokumentasi pada status pasien.
Selama melakukan pengkajian tim penulis banyak menemui kesulitan, hal ini dikarenakan penulis dihadapkan pada satu kasus yang memiliki keterbatasan informasi berkaitan dengan penyakit yang di derita pasien. Pada pemerikasaan fisik, tim penulis menemukan indikasi khas yang sesuai dengan teoritis yaitu : nyeri pada saat haid
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan tinjauan pustaka asuhan keperawatan pada kasus kista ovari tim penulis mendapat hasil diagnosa keperawatan yaitu :
1) Nyeri akut b.d agen cedera biologis : akista ovari
2) Ansietas b.d perubahan status kesehatan
3) Resti perdarahan b.d luka insisi
4) Mual b.d efek anestesi
C. Intervensi Keperawatan
Dalam menyusun rencana tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan sesuai dengan kriterianya, maka tim penulis membuat rencana berdasarkan acuan pada tinjauan teoritis yang ada pada tinjauan pustaka, rencana tindakan di buat selama proses pembedahan dari mulai pasien masuk ke ruang induksi sampai pasien keluar dari ruang RR. Dari 4 diagnosa ini intervensi dapat diterapkan pada kasus karena berkat kerjasama yang baik antara perawat, keluarga, dan klien. Dalam menyusun tindakan yang akan dilakukan ini disesuaikan dengan diagnosa yang ditemukan sehingga mendapatkan tujuan yang diinginkan.
D. Implementasi dan Evaluasi
Implementasi dilakukan berdasarkan diagnosa dan rencana keperawatan dan sekaligus dilakukan evaluasi tindakan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Kista adalah suatu jenis tumor, emyebab pastinya sendiri belum diketahui, diduga seringnya memakai kesuburan. (Soemadi, 2006)
Dari kasus Ny. S dapat disimpulkan bahwa kasus kista ovari terdapat manifestasi klinis yang jelas yaitu adanya nyeri pada saat haid di abdomen suprapubic dengan pemeriksaan penunjang lab, USG dll untuk memastikan diagnosa kista ovari
B. SARAN
1. Sebaiknya pasien dibantu keluarga dalam melakukan aktivitas pasca operasi.
2. Sebaiknya pasien miring kiri untuk menghindari muntah dan aspirasi.
3. Sebaiknya pasien mengkonsumsi nutrisi tinggi protein untuk mempercepat penyembuhan luka
DAFTAR PUSTAKA
1. Doenges, Marilynn E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta. EGC
2. Price, SA, Wilson,LM. (1994). Patofisiologi Proses-Proses Penyakit, Buku Pertama. Edisi 4. Jakarta. EGC
3. Smeltzer, Bare (1997). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & suddart. Edisi 8. Volume 2. Jakarta, EGC
4. Swearingen. (1996). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 2. K\Jakarta. EGC
askep WIRE fraktur ulna
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu dan teknologi semakin hari semakin maju dan menantang manusia untuk bersaing. Keberanian ini seringkali memotivasi manusia untuk maju, akan tetapi tidak jarang hal tersebut membuat manusia merasa stress. Stress karena kesibukan ini terkadang membuat manusia tidak memperhatikan keadaan dan keselamatan dirinya. Oleh karena itu tidak jarang manusia mengalami kecelakaan terutama kecelakaan lalu lintas.
Dimana sampai saat ini korban kecelakaan lalu lintas merupakan angka kejadian tertinggi di Indonesia, khususnya di Jakarta. Kecerobohan dalam memperlengkapi alat pengaman dan tidak memperhatikan rambu-rambu lalu lintas merupakan salah satu penyebab terjadinya kecelakaan. Dari kecelakaan ini menimbulkan trauma, baik secara Fisik dan Psikologis. Fraktur atau patah tulang adalah salah satu bentuk trauma fisik yang perlu ditangani dengan cepat agar tidak menimbulkan kerusakan yang lebih parah. Masalah ini dapat terjadi pada semua kelompok usia (Brunner and Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, 2002).
Disinilah peran perawat sebagai tenaga kesehatan ialah memberikan penyuluhan tentang bagaimana mencegah terjadinya kecelakaan dengan senantiasa berhati-hati dalam melakukan aktifitas sehari-hari, serta memberikan asuhan keperawatan secara tepat kepada penderita fraktur dan memberi penyuluhan tentang pentingnya asupan karbohidrat, protein dan kalsium yang cukup untuk proses penyembuhan dan pembentukan tulang baru.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Perioperatif ORIF WIRE pada Klien Nn. T dengan Fraktur Ulna di IBS PKU Muhammadiyah Gombong.
C. Ruang Lingkup
Asuhan keperawatan pre operatif, intra operatif, dan post operatif dengan tindakan ORIF WIRE pada Klien Nn. T dengan Fraktur Ulna di ruang OK 2 IBS PKU Muhammadiyah Gombong dengan pendekatan proses asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,implementasi dan evaluasi.
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menambah pengetahuan dan informasi tentang asuhan keperawatan pada kasus Fraktur Ulna
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui tentang definisi, etiologi, anatomi fisiologi, Patofisiologi dari Fraktur Ulna
b. Mengetahui tanda dan gejala diagnosa banding, komplikasi, penatalaksanaan dari Apendiksitis
c. Mengetahui pemeriksaan penunjang, asuhan keperawatan dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan dari Fraktur Ulna
E. Manfaat
a. Bagi Penyusun
Menambah pengetahuan dan wawasan keperawatan, tinjauan pustaka dari Fraktur Ulna
b. Bagi Pembaca
Menambah pengetahuan dan informasi secara singkat tentang Tinjauan kepustakaan dan asuhan keperawatan.
c. Bagi Pendidikan
Menambah referensi dan sumber bacaan secara singkat tentang Fraktur Ulna
BAB II
Tinjauan Pustaka
A. Definisi Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. (Brunner & Suddarth, Buku Ajar Medikal Bedah, 2002, hal. 2357).
Fraktur adalah patah tulang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Sylvia A., Patofisiologi, 1995).
B. Klasifikasi Fraktur
1. Fraktur tertutup
Fraktur dengan kulit utuh melewati tempat fraktur dimana tulang tidak menonjol keluar melewati kulit.
2. Fraktur terbuka
Robeknya kulit pada tempat fraktur, luka berhubungan dengan kulit ke tulang. Oleh sebab itu fraktur berhubungan dengan lingkungan luar, sehingga berpotensi terjadi infeksi. Fraktur terbuka lebih lanjut dibedakan menjadi 3 berdasarkan beratnya fraktur.
• Grade I : disertai kerusakan pada kulit yang minimal kurang dari 1 cm.
• Grade II : seperti pada grade I dengan kulit dan luka memar pada otot.
• Grade III : luka lebih dari 6-8 cm dengan kerusakan pada pembuluh darah.
3. Fraktur komplit
Patah yang melintang ke seluruh tulang dan sering berpindah dari posisi normal.
4. Fraktur inkomplit
Meluasnya garis fraktur yang melewati sebagian tulang dimana yang mengganggu kontinuitas seluruh tubuh. Tipe fraktur ini disebut juga green stick atau fraktur hickoristik.
5. Fraktur comminuted
Fraktur yang memiliki beberapa fragmen tulang.
6. Fraktur patologik
Fraktur yang terjadi sebagai hasil dari gangguan tulang yang pokok, seperti osteoporosis. Garis fraktur membentuk sudut oblique (sekitar 45o) pada batang atau sendi pada tulang.
7. Fraktur longitudinal
Garis fraktur berkembang secara longitudinal.
8. Fraktur transversal
Garis fraktur menyilang lurus pada tulang.
9. Fraktur spiral
Garis fraktur berbentuk spiral mengelilingi tulang.
C. Etiologi Fraktur
Penyebab paling umum fraktur adalah :
- Benturan/trauma langsung pada tulang antara lain : kecelakaan lalu lintas/jatuh.
- Kelemahan/kerapuhan struktur tulang akibat gangguan penyakti seperti osteoporosis, kanker tulang yang bermetastase.
D. Patofisiologi Fraktur Ulna
Fraktur kaput ulna sering terjadi akibat jatuh dan tangan menyangga dengan siku ekstensi. Bila terkumpul banyak darah dalam sendi siku (hemarthosis) harus diaspirasi untuk mengurangi nyeri dan memungkinkan gerakan awal.
Bila fraktur mengalami pergeseran dilakukan pembedahan dengan eksisi kaput radii bila perlu. Paska operasi lengan dimobilisasi dengan bebat gips posterior dan sling. Fraktur pada batang radius dan ulna (pada batang lengan bawah) biasanya terjadi pada anak-anak. Baik radius maupun ulna keduanya dapat mengalami patah. Pada setiap ketinggian, biasanya akan mengalami pergeseran bila kedua tulang patah.
Dengan adanya fraktur dapat menyebabkan atau menimbulkan kerusakan pada beberapa bagian. Kerusakan pada periosteum dan sumsum tulang dapat mengakibatkan keluarnya sumsum tulang terutama pada tulang panjang. Sumsum kuning yang keluar akibat fraktur terbuka masuk ke dalam pembuluh darah dan mengikuti aliran darah sehingga mengakibatkan emboli lemak. Apabila emboli lemak ini sampai pada pembuluh darah yang sempit dimana diameter emboli lebih besar daripada diameter pembuluh darah maka akan terjadi hambatan aliran darah yang mengakibatkan perubahan perfusi jaringan.
Kerusakan pada otot atau jaringan lunak dapat menimbulkan nyeri yang hebat karena adanya spasme otot di sekitarnya. Sedangkan kerusakan pada tulang itu sendiri mengakibatkan perubahan sumsum tulang (fragmentasi tulang) dan dapat menekan persyaratan di daerah tulang yang fraktur sehingga menimbulkan gangguan syaraf ditandai dengan kesemutan, rasa baal dan kelemahan.
E. Tanda dan Gejala
• Nyeri hebat pada daerah fraktur dan nyeri bertambah bila ditekan/diraba.
• Tidak mampu menggerakkan lengan/tangan.
• Spasme otot.
• Perubahan bentuk/posisi berlebihan bila dibandingkan pada keadaan normal.
• Ada/tidak adanya luka pada daerah fraktur.
• Kehilangan sensasi pada daerah distal karena terjadi jepitan syarat oleh fragmen tulang.
• Krepitasi jika digerakkan.
• Perdarahan.
• Hematoma.
• Syok
• Keterbatasan mobilisasi
F. Pemeriksaan diagnostik
a. Foto rontgen pada daerah yang dicurigai fraktur.
b. Pemeriksaan lainnya yang juga merupakan persiapan operasi antara lain :
- Darah lengkap
- Golongan darah
- Masa pembekuan dan perdarahan.
- EKG
- Kimia darah
BAB III
Tinjauan Kasus
A. PENGKAJIAN
1. Biodata Pasien
a. Nama : Nn. T
b. Umur : 19 tahun
c. Alamat : Tersobo, 1/5 Prembun
d. Pekerjaan : Mahasiswa
e. No Register : 212050
f. Dx Medis : Fraktur Ulna
g. Tindakan Operasi : ORIF WIRE
h. Kamar Op/Tanggal : Selasa, 27/ 12 /2011, Kamar 2.
2. Biodata Penanggung Jawab
a. Nama : Ny. S
b. Umur : 52 tahun
c. Alamat : Tersobo, 1/5 Prembun
d. Pekerjaan : IRT
e. Pendidikan : SMA
f. Hubungan dengan pasien : Ibu
3. Keluhan utama :
Pasien mengatakan nyeri
4. Riwayat Kesehatan
a. Sekarang :
Pasien Nn. T, 19 th pada hari Senin, 26 Des 11 pukul 09.00 wib datang ke PKU Muhammadiyah Gombong dengan keluhan nyeri tangan kiri akibat kecelakaan pada hari Sabtu 24 Des 2011. Pasien telah mendapat perawatan spalk di puskesmas Sentolo Kulon Progo. Pada hari Sabtu 24 des 2011 hasil pemeriksaan Ro : Fraktur Ulna sinistra. Saat di kaji pasien compos mentis, GCS 15, hasil pemeriksaan tanda vital TD 110/70 mmHg, N 80x/menit, RR 20 x/menit, S 36,70 C. Hasil pemeriksaan nyeri, P : pasien mengatakan nyeri saat tangan digerakkan dan berkurang saat tidur, Q: nyeri seperti ditusk-tusuk, R : ulna sinistra, S : skala 6,T : hilang timbul. Oleh dokter pasien di sarankan utuk operasi ORIF WIRE pada hari Selasa, 27 Des 11 pukul 15.00 wib.
b. Dahulu :
Pasien sebelumnya belum pernah mengalami kecelakaan dan belum pernah dioperasi.
c. Keluarga :
Keluarga pasien saat ini tidak ada yang mengalami penyakit seperti pasien, dan pasien tidak mempunyai penyakit keturunan seperti DM, Hipertensi dll.
5. Status Kesehatan :
1) Kesadaran : Compos Metis
2) Vital Sign : TD : 110/70 mmHg
RR : 20 x/menit
N : 80x/menit
S : 36,7 0 C
3) Head to Toe
a) Kepala : mesochepal, tidak ada lesi, tidak ada hematoma, tidak ada nyeri tekan
b) Rambut : warna hitam, tampak kusut, tidak ada kebotakan
c) Mata : pengelihatan normal, diameter pupil 3, sclera an ikterik, konjungtiva anemis, pupil isokor
d) Hidung : bentuk simertis, tidak ada perdarahan, tidak ada secret
e) Telinga : bentuk normal, pendengaran normal, tidak ada secret,
tidak ada perdarahan
f) Mulut dan gigi : mukosa kering, mulut dan gigi bersih
i. Leher : tidak ada pembesaran tyroid, nadi karotis teraba, tidak ada pembesaran limfoid
g) Thorax :
Pemeriksaan Jantung Paru- paru
Inspeksi Tidak ada pembesaran , tidak ada bekas luka Frekuensi nafas teratur, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada jejas
Palpasi Tidak ada pembersaran, tidak ada benjolan Tidak ada pembersaran, tidak ada benjolan
Perkusi Bunyi redup Bunyi sonor
Auskultasi Bunyi S1 S2 normal Bunyi vesikuler
h) Abdomen :
I : bentuk simetris, tidak ada benjolan, tidak ada bekas
luka
A : bising usus 6 x/menit,
P : suara timpani
P : tidak ada pembesaran hati,tidak ada nyeri tekan
i) Genitalia : Genitalia normal, tidak ada pembesara prostat, urin tidak ada darah, urine berwarna kuning jernih, bau amonia
j) Eksteremitas : kekuatan otot 5 2
5 5
Refleks pasien : baik, ROM : sebagian, Akral hangat, ada edema di tangan kiri
P : pasien mengatakan nyeri saat tangan digerakkan dan berkurang saat tidur, Q: nyeri seperti ditusk-tusuk, R : ulna sinistra, S : skala 6,T : hilang timbul.
4) Pencukuran daerah operasi : Tidak
5) Kompres daerah operasi dengan kassa alcohol : sudah
6) Pengosongan lambung : sudah
7) Pengosongan kandung kemih : sudah
8) Baju operasi : Sudah
6. Pola fungsional ( Virginia Handerson)
a) Pola oksigenasi
Sebelum sakit : pasien bernafas secara normal, tidak pernah sesak nafas
Saat dikaji : pasien bernafas secara normal, tidak sesak RR 20x/ menit
b) Pola nutrisi
Sebelum sakit : pasien makan 3x sehari ( nasi, sayur, dan lauk ) minum 6-8 gelas/hari,
Saat dikaji : pasien sudah makan dirumah 3x sehari
c) Pola eliminasi
Sebelum sakit : pasien BAK 4-6x/hari dan BAB 1x/hari
Saat dikaji : pasien BAK belum, BAB belum
d) Pola aktivitas/ bekerja
Sebelum sakit : pasien melakukan aktivitas secara mandiri
Saat dikaji : aktivitas pasien dibantu oleh keluarga karena pasien merasa kesakitan
e) Pola istirahat
Sebelum sakit : pasien istirahat/ tidur 8-10 jam/hari, pasien tidak
mengalami gangguan tidur
Saat dikaji : pasien istirahat/ tidur 7-8 jam/hari, pasien
mengalami gangguan tidur karena menahan nyeri
f) Pola suhu
Sebelum sakit : pasien tidak pernah demam (suhu normal)
Saat dikaji : suhu pasien 36.70C
g) Pola gerak dan keseimbangan
Sebelum sakit : pasien dapat melakukan gerak bebas sesuai keinginannya
Saat dikaji : pasien tidak dapat melakukan gerak bebas sesuai keinginannya
h) Pola berpakaian
Sebelum sakit : pasien dapat mengenakan pakaiannya secara mandiri dan memakai pakaian kesayangannya
Saat dikaji : pasien menggunakan baju operasi tanpa bantuan
i) Pola personal hygine
Sebelum sakit : pasien biasa mandi 2xsehari dengan air bersih dan sabun, mandi tanpa bantuan keluarganya
Saat dikaji : pasien mandi dengan cara diseka dan dibantu keluarganya
j) Pola komunikasi
Sebelum sakit : pasien berkomunikasi dengan lancar, memakai bahasa
daerah
Saat dikaji : pasien berkomunikasi dengan lancar, memakai bahasa
daerah
k) Pola spiritual
Sebelum sakit : pasien beribadah sesuai agamanya
Saat dikaji : pasien beribadah sesuai kemampuannya
l) Pola aman & nyaman
Sebelum sakit : pasien merasa aman dan nyaman hidup bersama keluarga
Saat dikaji : pasien merasa gelisah karena akan dilakukan operasi
m) Pola rekreasi
Sebelum sakit : pasien kadang-kadang berekreasi ke tempat-tempat wisata
Saat dikaji : pasien tidak dapat berekreasi
n) Pola belajar
Sebelum sakit : pasien tidak mengetahui penyakit yang dideritanya
Saat dikaji : pasien mengetahui penyakit yang dideritanya yaitu patah tulang
7. PERSIAPAN PENUNJANG
Lab : tanggal 26 - 12- 2011 jam 12.12 wib
Hematologi Hasil Satuan Normal
Leukosit 3.72 10^3/uL 4.8 – 10.8
Eritrosit 4.09 10^6/uL 4.7 – 6.10
Hemoglobin 12.6 9/dL 14.0 – 18.0
Hematokrit 39.0 % 42.0 – 52.0
MCV 95.4 fL 79.0 – 99.0
MCH 30.8 Pg 27.0 – 31.0
MCHC 32.3 g/dL 330 – 37.0
Trombosit 176 10^3/uL 150 – 450
CT 5 Menit 4
BT 3 Menit 3
Golongan darah : B
HbsAg : negatif
GDS : 83.0 mg/dl
8. INFORM CONSENT : Sudah
9. TERAPI : -
B. PRE OPERASI
a. Pengkajian
1) Pasien mengatakan nyeri
2) P : pasien mengatakan nyeri saat tangan digerakkan dan berkurang saat tidur, Q: nyeri seperti ditusk-tusuk, R : ulna sinistra, S : skala 6,T : hilang timbul.
3) Pasien tampak gelisah
4) Pasien tampak menahan nyeri
5) Td : 110/70 mmHg
6) N : 80x/menit
7) Pasien mengatakan takut karena belum pernah dilakukan operasi sebelumnya
b. Analisa Data Pre Operasi :
No Hari/tanggal Data focus Etiologi Masalah kep.
1. Selasa, 27 Des 2011
DS : Pasien mengatakan nyeri
P : pasien mengatakan nyeri saat tangan digerakkan dan berkurang saat tidur, Q: nyeri seperti ditusk-tusuk, R : ulna sinistra, S : skala 6,T : hilang timbul.
DO :
Td : 110/70 mmHg
N : 80x/menit
Pasien tampak menahan nyeri Agen cedera fisik Nyeri akut
2 Selasa, 27 Des 2011
DS : Pasien mengatakan takut karena belum pernah dilakukan operasi sebelumnya
DO :
• Pasien tampak gelisah
• Pasien tampak bertanya-tanya ttg jalannya operasi
• N : 80x/menit Kurang pengetahuan Ansietas
c. Rumusan Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b.d agen cedera fisik
2) Ansietas b.d kurang pengetahuan
d. Rencana Pre Operasi
No Masalah keperawatan NOC NIC
1 Nyeri akut b.d agen cedera fisik
Setelah dilakukan tindakan selama di ruang Pre diharapkan masalah Nyeri akut dapat teratasi dengan kriteria :
Indikator Awal tujuan
Skala 6 4
Expresi wajah Menahan nyeri Relax
a. Observasi P,Q,R,S,T
b. Observasi TTV
c. Atur posisi pasien senyaman mungkin di ruang persiapan op
d. Ajarkan teknik relaksasi-distraksi : nafas dalam
e. Berikan antiemetik, analgetik (jika diperlukan)
2 Ansietas b.d Kurang informasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama di ruang Pre, masalah keperawatan diharapkan teratasi Ansietas indicator :
Indikator Awal tujuan
Kesiapan Belum siap Siap operasi
Wajah Gelisah tenang
a. Gali penyebab kecemasan
b. Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya
c. Berikan informasi tentang prosedur OP
d. Motivasi klien
a. Pelaksanaan dan Evaluasi Pre Operasi
No Dx Hari/ tanggal Implementasi Evaluasi ( SOAP )
1 Selasa, 27 Des 2011 a. Mengobservasi P,Q,R,S,T
b. Mengobservasi TTV
c. mengatur posisi pasien senyaman mungkin (supinasi) di ruang persiapan op
d. Mengajarkan teknik relaksasi-distraksi : nafas dalam
Subjektif : pasien mengatakan nyeri berkurang
P : nyeri berkurang saat nafas dalam
Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : Ulna Sinistra
S : skala 4
T : hilang timbul
Objektif :
Pasien tidak tampak menahan nyeri
TD : 110/70 mmHg
N : 80x/menit
Assessment : masalah teratasi
Panning : lanjutkan intervensi
2 Selasa, 27 Des 2011 a. Menggali penyebab kecemasan
b. Memberikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya
c. Memberikan informasi tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan
d. Memotivasi klien Subjektif :
• pasien mengatakan mengerti tentang jalannya OP setelah dijelaskan oleh perawat
• Pasien mengatakan siap menghadapi operasi
Objektif :
• Pasien tampak tenang
Assessment : masalah teratasi
Panning : lanjutkan intervensi
C. ASKEP INTRA OPERASI
1. Pengkajian
• Terdapat luka lecet di lengan kiri
• TD : 110/60 mmHg
• RR 22x/menit
• N: 80x/menit
• S : 360 C
2. Analisa Data Intra Operasi
No Hari/ Tanggal Data Fokus Etiologi Masalah Keperawatan
1 Selasa, 27 Des 2011 DS : -
DO :Terdapat luka luka lecet di lengan kiri Luka lecet Resti gangguan integritas kulit
3. Rumusan diagnosa keperawatan :
a. Resti gangguan integritas kulit b.d luka lecet
4. Perencanaan Intra Operasi
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1 Resti gangguan integritas kulit b.d luka lecet
Setelah dilakukan perawatan operasi diruang Operasi masalah Resti gangguan integritas kulit dapat teratasi. Dengan kriteria:
• Luka lecet tidak semakin parah
a. Seterilkan kamar operasi
b. Seterilkan instrumen operasi
c. Cuci tangan steril
d. Disinfeksi area operasi sebelum dan sesudah operasi dengan betadin dan lakohol
e. Pasang arde electrosurgical
f. Tutup luka dengan kasa dan plester
g. Fiksasi tangan kiri dengan elastik
5. Pelaksanaan dan Evaluasi Operasi
No Dx Hari/ tanggal Implementasi Evaluasi ( SOAP )
1 Selasa, 27 Des 2011 a. menyeterilkan kamar operasi
b. menyeterilkan instrumen operasi
c. mencuci tangan steril
d. mendisinfeksi area operasi sebelum dan sesudah operasi dengan betadin dan lakohol
e. memasang electrosurgical
f. menutup luka dengan kasa dan plester
g. memfiksasi tangan kiri dengan elastik Subjektif : -
Objektif :
• luka insisi post operasi tertutup kasa dan plester dan tangan kiri terfiksasi elastik
• luka lecet tidak bertambah parah
Assessment : masalah teratasi
Panning : lanjutkan intervensi
D. LAPORAN INTRA OPERASI
1. Persiapan Pasien :
Posisi pasien : Supinasi
TD : 110/60 mmHg
Nadi : 80X/menit
RR :22 x/menit
Suhu : 36 0 C
Anestesi : General anestesi
2. Persiapan Alat :
a. Persiapan instrument
Basic set Jmlh Alat tambahan Jmlh
o Gunting kassa
o Gunting jaringan
o Klem
o Pinset anatomis (besar/kecil)
o Pinset cirugis (besar/kecil)
o Kocher
o Dukklem
o Nail fuder
o Scuple (no 4)
o Kom
o Bengkok 1
1
10
2
2
4
5
2
2
2
2 o Jas operasi
o Handscoon
o Duk besar
o Duk sedang/sarung kaki
o Canul suction
o Selang suction
o Kassa
o Pisturi no. 22
o Cutter
o Benang: crumic 2/0, side 2/0, plain 2/0
o Jarum: taper no: 24, cutting no 30
o Set ORIF:
Bone klem
Reduction
Respatrium
Kuret
Mata bor
wire
4
4
3
1
1
1
5
1
1
1
1
2
2
1
1
1
1
b. Persiapan kamar operasi
• Penerangan / lampu
• Section
• Kater dan koagulan
• Pemasangan Perlak
• Tiang Infus
• Posisikan meja OP sesuai operator
c. Persiapan Posisi pasien
Pasien diposisikan supinasi
d. Proses Operasi
No Tindakan Peralatan
1 Desinfeksi Kom, betadin, alcohol, klempanjang, kassa
2 Drapping Duk besar, duk lubang, duk klem
3 Menandai daerah sayatan Pisau, klem, kassa
4 Melakukan sayatan pada kulit sampai otot Pisau, kassa, klem arteri,
Pinset cirugis, gunting
5 Mempertahankan hemostatis Kassa klem cutter, suction
6 Membersihkan area fraktur Kuret
7 Reposisi fraktur menahan area fraktur Respatrium
8 Fiksasi fraktur Bone klem, respatrium
9 Bor area fraktur Bor, mata bor
10 Memasang Wire wire
11 Mencuci daerah operasi NaCL
12 Hecting otot Plain 2/0, taper no 30
13 Hecting sub cutis Chromic 2/0, taper no 24
14 Hecting kulit Side 2/0, cuting no 30
15 Desinfeksi Kassa betadin
16 Balut luka Kassa steril, kassa betadin dan hipafix
E. ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERASI
1. Jenis anestesi : General Anestesi
2. Pemeriksaan aldert score
Penilaian Kriteria Nilai Normal Hasil
Aktivitas • Sanggup menggerakkan 4 anggota gerak sesuai instruksi
• Sanggup menggerakkan 2 anggota gerak sesuai instruksi
• Tidak sanggup menggerakkan anggota gerak 2
1
0
2
Respirasi • Sanggup bernafas, serta disuruh batuk
• Sesak/ nafas sedikit terbatas
• Henti nafas 2
1
0
2
Sirkulasi • TD ± 20 % TD pre anestesi
• TD ± 20- 50 % TD pre anestesi
• TD ± 50 % TD pre anestesi 2
1
0
2
Kesadaran • Sadar
• Bisa dibangunkan/ dipanggil
• Tidak memberikan respon 2
1
0
1
Warna kulit • Merah muda
• Pucat
• Sianosis 2
1
0
2
3. Pengkajian
• Kesadaran Pasien masih somnolen
• Pasien berbaring diatas bed dengan posisi yang supinasi belum terpasang penghalang
• Ekstemitas kedua kaki pasien masih belum dapat digerakkan
4. Analisa Data Post Operasi
No Hari/ Tanggal Data Fokus Etiologi Masalah Keperawatan
1 Selasa, 27 Des 2011 DS : -
DO :
• Kesadaran pasien somnolen
• Pasien berbaring diatas bed dengan posisi yang supinasi belum terpasang penghalang
• Ekstemitas kedua kaki pasien masih belum dapat digerakkan proses pemindahan pasien
Resiko tinggi cidera
5. Rumusan Diagnosa Keperawatan Post Operasi
a. Resiko tinggi cidera b.d proses pemindahan pasien
6. Rencana keperawatan Post Operasi
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1 Resiko tinggi cidera b.d proses pemindahan pasien
Setelah dilakukan perawatan post operasi diruang RR masalah resiko cedera (jatuh) dapat teratasi.
Kriteria hasil :
• Pasien tidak jatuh
• Pasien merasa aman saat dilakukan pemindahan a. Perhatikan posisi pasien
b. Dekatkan bed ke samping tempat tidur pasien.
c. Kolaborasi dengan 2-3 perawat yang ada
d. angkat pasien secara bersamaan
e. tinggikan penyangga yang ada disamping tempat tidur pasien
7. Pelaksanaan dan Evaluasi Post Operasi
No Dx Hari/ tanggal Implementasi Evaluasi ( SOAP )
1 Selasa, 6 Des 2011 a. Memperhatikan posisi pasien
b. Mendekatkan bed ke samping tempat tidur pasien.
c. Berkolaborasi dengan 2-3 perawat yang ada
d. Mengangkat pasien secara bersamaan
e. Meninggikan penyangga yang ada disamping tempat tidur pasien Subyektif :
Pasien mengatakan merasa aman ketika dilakukan pemindahan
Obyektif :
Pasien berbaring diatas bed dengan posisi yang aman dan terpsang penghalang.
Assessment : Masalah teratasi
Planning : pertahankan kondisi yang aman sampai ada serah terima dengan perawat ruangan.
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini tim penulis akan membahasnya sesuai dengan asuhan keperawatan yang sudah diterapkan meliputi pengkajian, diagnosa, inervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal untuk melakukan suatu keperawatan yang berguna untuk mengumpulkan data sebagai dasar untuk mengetahui kebutuhan klien sehingga dapat menentukan asuhan keperawatan yang akan dilakukan. Dalam pengumpulan data tim penulis menggunakan metode wawancara atau Tanya jawab dengan keluarga pasien dan klien serta observasi dengan menggunakan pemeriksaan fisik dan menggunakan studi dokumentasi pada status pasien.
Selama melakukan pengkajian tim penulis banyak menemui kesulitan, hal ini dikarenakan penulis dihadapkan pada satu kasus yang memiliki keterbatasan informasi berkaitan dengan penyakit yang di derita pasien. Pada pemerikasaan fisik, tim penulis menemukan indikasi khas yang sesuai dengan teoritis yaitu : nyeri pada ulna sinistra dan hasil Ro : gambaran fraktur
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan tinjauan pustaka asuhan keperawatan pada kasus fraktur tim penulis mendapat hasil diagnosa keperawatan yaitu :
1) Nyeri akut b.d agen cedera fisik
2) Ansietas b.d kurang pengetahuan
3) Resti gangguan integritas kulit b.d luka lecet
4) Resiko tinggi cidera b.d proses pemindahan pasien
C. Intervensi Keperawatan
Dalam menyusun rencana tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan sesuai dengan kriterianya, maka tim penulis membuat rencana berdasarkan acuan pada tinjauan teoritis yang ada pada tinjauan pustaka, rencana tindakan di buat selama proses pembedahan dari mulai pasien masuk ke ruang induksi sampai pasien keluar dari ruang RR. Dari 4 diagnosa ini intervensi dapat diterapkan pada kasus karena berkat kerjasama yang baik antara perawat, keluarga, dan klien. Dalam menyusun tindakan yang akan dilakukan ini disesuaikan dengan diagnosa yang ditemukan sehingga mendapatkan tujuan yang diinginkan.
D. Implementasi dan Evaluasi
Implementasi dilakukan berdasarkan diagnosa dan rencana keperawatan dan sekaligus dilakukan evaluasi tindakan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. (Brunner & Suddarth, Buku Ajar Medikal Bedah, 2002, hal. 2357).
Dari kasus Nn.T dapat disimpulkan bahwa kasus Fraktur Ulna terjadi terdapat manifestasi klinis yang jelas yaitu adanya nyeri akut di region ulna sinistra dengan pemeriksaan penunjang lab, Ro dll untuk memastikan diagnosa Fraktur
B. SARAN
1. Sebaiknya pasien dibantu keluarga dalam melakukan aktivitas pasca operasi.
2. Sebaiknya pasien mengkonsumsi nutrisi tinggi protein untuk mempercepat penyembuhan luka
DAFTAR PUSTAKA
1. Brunner and Suddarth (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 volume 3, Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2. Black, Joyce M (1997). Medical Surgical Nursing, Clinical Management for Continuity of Care. 5th edition, 3rd volume. Philadelphia. W.B Saunders Company.
3. Carpenito, Lynda Jual (1997). Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis. Edisi keenam, Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
4. Doengoes, Marilynn. E (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3, Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
5. Evelyn. C. Pearce (1999). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Cetakan ke-22, Jakarta. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Umum.
6. Price, Sylvia. A (1995). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 4 buku 2. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC
Langganan:
Postingan (Atom)