Sabtu, 07 Januari 2012

askep kista ovarium

BAB I
Pendahuluan

A.    Latar Belakang
Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang banyak menyerang wanita.Kista atau tumor merupakan bentuk gangguan yang bisa dikatakan adanya pertumbuhan sel-sel otot polos pada ovarium yang jinak.
Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan untuk menjadi tumor ganas atau kanker.Perjalanan penyakit yang sillint killer atau secara diam diam menyebabkan banyak wanita yang tidak menyadari bahwa dirinya sudah terserag kista ovarim dan hanya mengetahui pada saat kista sudah dapat teraba dari luar atau membesar.

Kista ovarium juga dapat menjadi ganas dan berubah menjadi kanker ovarium.Untuk mengetahui dan mencegah agar tidak terjadi kanker ovarium maka seharusnya dilakukan pendeteksian dini kanker ovarium dengan pemeriksaan yang lebih lengkap.Sehigga dengan ini pencegahan terjadinya keganasan dapat dilakukan

Kista ovarium memiliki jenis dan klasifikasi yang cukup banyak.Tergantung dari mana kista itu berasal.Untuk lebih lanjutnya akan penulis bahas pada Tinjauan teori

B.    Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Peri Operatif Kistektomy pada Klien Ny. S dengan kista ovari di IBS PKU Muhammadiyah Gombong.



C.    Ruang Lingkup
Asuhan keperawatan pre operatif, intra operatif, dan post operatif dengan tindakan Kistektomy pada Klien Ny. S dengan kista ovari di ruang OK 2 IBS PKU Muhammadiyah Gombong dengan pendekatan proses asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,implementasi dan evaluasi.

D.    Tujuan
1.    Tujuan Umum
Menambah pengetahuan dan informasi tentang asuhan keperawatan pada kasus kista ovari
2. Tujuan khusus
a.    Mengetahui tentang definisi, etiologi, anatomi fisiologi, Patofisiologi dari kista ovari
b.    Mengetahui tanda dan gejala diagnosa banding, komplikasi, penatalaksanaan dari kista ovari
c.    Mengetahui pemeriksaan penunjang, asuhan keperawatan dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan dari kista ovari

E.    Manfaat
a.    Bagi Penyusun
Menambah pengetahuan dan wawasan keperawatan, tinjauan pustaka dari kista ovari
b.    Bagi Pembaca
Menambah pengetahuan dan informasi secara singkat tentang Tinjauan kepustakaan dan asuhan keperawatan.
c.    Bagi Pendidikan
Menambah referensi dan sumber bacaan secara singkat tentang kista ovari

BAB II
Tinjauan Pustaka

A.    Definisi kista ovari
Kista adalah suatu jenis tumor, emyebab pastinya sendiri belum diketahui, diduga seringnya memakai kesuburan. (Soemadi, 2006)
Kista adalah suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan atau benda seperti bubur.(Dewa, 2000)

B.    Sifat kista
1.    Kista Fisiologis
Kista yang bersifat fisiologis lazim terjadi dan itu normal normal saja. Sasuai suklus menstruasi, di ovarium timbul folikel dan folikelnya berkembang, dan gambaranya seperti kista. Biasanya kista tersebut berukuran dibawah 5 cm, dapat dideteksi dengan menggunakan pemeriksaan USG, dan dalam 3 bulan akan hilang. Jadi ,kista yang bersifat fisiologis tidak perlu operasi, karena tidak berbahaya dan tidak menyebabkan keganasan, tetapi perlu diamati apakah kista tersebut mengalami pembesaran atau tidak.
Kista yang bersifat fisiologis ini dialami oleh orang di usia reproduksi karena dia masih mengalami menstruasi. Bila seseorang diperiksa ada kista, jangan takut dulu, karena mungkin kstanya bersifat fisiologis. Biasanya kista fisiologis tidak menimbuklkan nyeri pada saat haid.
2.    Kista Patologis (Kanker Ovarium)
Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium. Kanker ovarium merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua kanker ginekologi. Angka kematian yang tinggi karena penyakit ini pada awalnya bersifat tanpa gejala dan tanpa menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi metastasis, sehingga 60-70% pasien dating pada stadium lanjut, penyakit ini disebut juga sebagai silent killer. Angka kematian penyakit ini di Indonesia belum diketahui dengan pasti.
Pada yang patologis, pembesaran bisa terjadi relative cepat, yang kadang tidak disadari si penderita. Karena, kista tersebut sering muncul tanpa gejala seperti penyakit umumnya. Itu sebabnya diagnosa aalnya agak sulit dilakukan. Gejala gejala seperti perut yang agak membuncit serta bagian bawah perut yang terasa tidak enak biasanya baru dirasakan saat ukuranya sudah cukup besar. Jika sudah demikian biasanya perlu dilakukan tindakan pengangkatan melalui proses laparoskopi, sehingga tidak perlu dilakukan pengirisan di bagian perut penderita. Setelah di angkat pemeriksaan rutin tetap perlu dilakukan untuk mengetahui apakah kista itu akan muncul kembali atau tidak.
Ada lagi jenis kista abnormal pada ovarium. Jenis ini ada yang bersifat jinak dan ganas. Bersifat jinak jika bisa berupa spot dan benjolan yang tidak menyebar. Meski jinak kista ini dapat berubah menjadi ganas. Sayangnya sampai saat ini, belum diketahui dengan pasti penyebab perubahan sifat tersebut.
Kista ganas yang mengarah ke kanker biasanya bersekat sekat dan dinding sel tebal dan tidak teratur. Tidak seperti kista fisiologis yang hanya berisi cairan, kista abnormal memperlihatkan campuran cairan dan jaringan solid dan dapat bersifat ganas.
C.    Jenis kista
Jenis kista indung telur meliputi:
1.    Kista Fungsional.
Sering tanpa gejala, timbul gejala rasa sakit bila disertai komplikasi seprti terpuntir/ pecah, tetapi komplikasi ini sangat jarang. Dan sangat jarang pada kedua indung telur. Kista bisa mengecil dalam waktu 1-3 bilan.
2.    Kista Dermoid.
Terjadi karena jaringan dalam telur yang tidak dibuahi kemudian tumbuh menjadi beberapa jaringan seperti rambut, tulang, lemak. Kista dapat terjadi pada kedua indung telur dan biasanya tanpa gejala. Timbul gejala rasa sakit bila kista terpuntir/ pecah.
3.    Kista Cokelat. (Edometrioma)
Terjadi karena lapisan didalam rahim (yang biasanya terlepas sewaktu haid dan terlihat keluar dari kemaluan seperti darah); tidak terletak dalam ragim tetapi melekat pada dinding luar indung telur. Akibat peristiwa ini setiap kali haid, lapisan tersebut menghasilakan darah haid yang akan terus menerus tertimbun dan menjadi kista. Kista ini bisa 1 pada dua indung telur. Timbul gejala utama yaitu rasa sakit terutama sewaktu haid/ sexsuale intercourse.
4.    Kistadenoma.
Berasal dari pembungkus indung telur yang tumbuh menjadi kista. Kista jenis ini juga dapat menyerang indung telur kanan dan kiri. Gejala yang timbul biasanya akibat penekanan pada bagian tubuh sekitar seperti VU sehingga dapat menyebabkan inkontinensia. Jarang terjadi tetapi mudah menjadi ganas terutama pada usia diatas 45 tahun atau kurang dari 20 tahun.
Contoh Kistadenoma;
a.    Kistadenoma ovarii serosum.
Berasal dari epitel germinativum. Bentuk umunya unilokuler, bila multilokuler perlu dicurigai adanya keganasan. Kista ini dapat membesar, tetapi tidak sebesar kista musinosum.
Gambaran klinis pada kasus ini tidak klasik. Selain teraba massa intraabdominal, dapat timbul asites. Penatalaksanaan umumnya sama seperti Kistadenoma ovarii musinosum.
b.    Kistadenoma ovarii musinosum.
Asal kista belum pasti. Menurut Meyer, kista ini berasal dari teratoma, pendapat lain mengemukakan kista ini berasal dari epitel germinatifum atau mempunyai asal yang sama dengan tumor Brener. Bentuk kista multilobuler, biasanya unilatelar dapat tumbuh menjadi sangat bersar.
Gambaran klinis terdapat perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif sehingga timbul pelekatan kista dengan omentum, usus dan peritoneum parietal. Selain itu, bisa terjadi ileus karena perlekatan dan produksi musin yang terus bertambah akibat pseudomiksoma peritonei.
Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista tanpa pungsi terlebih dahulu dengan atau tanpa salpingo ooforektomi tergantung besarnya kista.
D.    Etiologi kista
Factor yang menyebabkan gajala kista meliputi;
1.    Gaya hidup tidak sehat.
Diantaranya;
a.    Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat
b.    Zat tambahan pada makanan
c.    Kurang olah raga
d.    Merokok dan konsumsi alcohol
e.    Terpapar denga polusi dan agen infeksius
f.    Sering stress
2.    Faktor genetic.
Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu kanker, yaitu yang disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan yang bersifat karsinogen , polusi, atau terpapar zat kimia tertentu atau karena radiasi, protoonkogen ini dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker.
E.    Manifestasi klinis
Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulakan gejala dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat berfariasi dan tidak spesifik.
Pada stadium awal gejalanya dapat berupa;
1.    Gangguan haid
2.    Jika sudah menekan rectum atau VU mungkin terjadi konstipasi atau sering berkemih.
3.    Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut.
4.    Nyeri saat bersenggama.
Pada stadium lanjut;
1.    Asites
2.    Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta oran organ di dalam rongga perut (usus dan hati)
3.    Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan,
4.    Gangguan buang air besar dan kecil.
5.    Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada.

F.    Pemerikasaaan Diagnostik
Deteksi dini
Keterlambatan mendiagnosis kanker ovarium sering terjadi karena letak ovarium berada didalam rongga panggul sehingga tidak terlihat dari luar. Biasanya kanker ovarium ini di deteksi lewat pemeriksaan dalam. Bila kistanya sudah membesar maka akan terabab ada benjolan. Jika dokter menemukan kista, maka selanjutanya akan dilakukan USG untuk memastikan apakah ada tanda tanda kanker atau tidak.
Kemudian dibutuhkan pemeriksaan lanjutan dengan mengambil jaringan (biopsy) untuk memastikan kista tersebut jinak atau ganas. Ini bisa dilakukan dengan laparskopi, melalui lubang kecil di perut. Pemeriksaan lainnya dengan CT Scan dan tumor marker dengan pemeriksaan darah.
G.    Patofisiologi
Ada berbagai penjelasan dan klasifikasi kista coledocal berdasarkan pada lokasi dan anatomi. Klasifikasi yang paling membantu dibuat oleh Todani yang dimodifikasi dari klasifikasi yang disusun oleh Alonsolej. Jenis pertama ditandai oleh adanya penggabungan (fusiformis) dilatasi duktus bilier tempat duktus kista masuk (paling lazim). Kista coledocal dianggap merupakan gambaran awal dari kelainan sistem bilier pankretikus. Beberapa keadaan yang sering berkaitan dengan kista coledocal adalah keadaan jungta anomali duktus pankreatikus dan duktus bilier besar, stenosis duktus bilier bagian distal, dilatasi duktus intra hepatik. Ketidaknormalan histologi duktus bilier besar dan ketidaknormalan histologi hepar dari normal sampai sirosis hepatis. Gambaran-gambaran ini terjadi dalam beberapa tahapan dan kombinasi perubahan anatomi dan malformasi.
                                                                                  
BAB III
Tinjauan Kasus
A.    PENGKAJIAN
1.    Biodata Pasien
a.    Nama                 : Ny. S
b.    Umur                : 36 tahun
c.    Alamat                 : Grogol penatus, 3/3 petanahan
d.    Pendidikan                : SD
e.    Pekerjaan                : IRT
f.    No Register            : 211988
g.    Dx Medis                : kista ovari
h.    Tindakan Operasi            : Kistektomy
i.    Kamar Op/Tanggal        : Jumat,  23/ 12 /2011, Kamar 2.
2.    Biodata Penanggung Jawab
a.    Nama                 : Tn.S
b.    Umur                : 45 tahun
c.    Alamat                 : Grogol penatus, 3/3 petanahan
d.    Pekerjaan                : swasta
e.    Pendidikan            : SMP
f.    Hubungan dengan pasien        : suami

3.    Keluhan utama :
Pasien mengatakan nyeri
4.    Riwayat Kesehatan
a.    Sekarang    :
Pasien Ny. S, 36 th pada hari jumat,23  Des 11 pukul 09.00 wib datang ke Poli Bedah PKU Muhammadiyah Gombong dengan keluhan nyeri pada perut,dan nyeri saat menstruasi. Saat di kaji pasien compos mentis, GCS 15, hasil pemeriksaan tanda vital TD 120/70 mmHg, N 76x/menit, RR 20 x/menit, S 360 C. Pengkajian nyeri : P : pasien mengatakan nyeri saat menstruasi dan berkurang saat tidur, Q:  nyeri seperti diremas-remas, R : suprapubic, S : skala 6,T : hilang timbul
b.    Dahulu        :
Pasien sebelumnya belum pernah mengalami kista dan hanya masuk angin dan berobat di puskesmas dan belum pernah dioperasi.
c.    Keluarga        :
Keluarga pasien saat ini tidak ada yang mengalami penyakit seperti pasien, dan pasien tidak mempunyai penyakit keturunan seperti DM, Hipertensi dll.
5.    Status Kesehatan            :
1)    Kesadaran            : Compos Metis
2)    Vital Sign            :  TD : 120/70 mmHg
   RR : 22 x/menit
   N   : 76x/menit
   S    : 36 0 C
3)    Head to Toe
a)    Kepala     : mesochepal, tidak ada lesi, tidak ada hematoma, tidak ada nyeri tekan
b)    Rambut     : warna hitam, tampak kusut, tidak ada kebotakan
c)    Mata      : pengelihatan normal, diameter pupil 3, sclera an ikterik, konjungtiva anemis, pupil isokor
d)    Hidung     : bentuk simertis, tidak ada perdarahan, tidak ada secret
e)    Telinga     : bentuk normal, pendengaran normal, tidak ada secret,
tidak ada perdarahan
f)    Mulut dan gigi     : mukosa kering, mulut dan gigi bersih
i.    Leher     : tidak ada pembesaran tyroid, nadi karotis teraba, tidak ada pembesaran limfoid
g)    Thorax    :
Pemeriksaan     Jantung     Paru- paru
Inspeksi    Tidak ada pembesaran , tidak ada bekas luka    Frekuensi nafas tidak  teratur, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada jejas
Palpasi     Tidak ada pembersaran, tidak ada benjolan    Tidak ada pembersaran, tidak ada benjolan
Perkusi     Bunyi redup    Bunyi redup
Auskultasi     Bunyi S1 S2 normal    Bunyi vesikuler

h)    Abdomen         :
P : pasien mengatakan nyeri saat menstruasi dan berkurang saat tidur, Q:  nyeri seperti diremas-remas, R : suprapubic, S : skala 6,T : hilang timbul
I : bentuk simetris, tidak ada benjolan, tidak ada bekas    
luka
A : bising usus 6 x/menit,
P : suara timpani
P : tidak ada pembesaran hati,ada nyeri tekan

i)     Genitalia     : Genitalia normal, urin tidak ada darah, urine berwarna kuning jernih.

j)     Eksteremitas     : kekuatan otot      5       5
      5       5
Refleks pasien : baik, ROM : sebagian,  Akral hangat, tidak ada edema
4)    Pencukuran daerah operasi     :  Sudah
5)    Kompres daerah operasi dengan kassa alcohol     : Sudah
6)    Pengosongan lambung    : sudah
7)    Pengosongan kandung kemih    : sudah
8)    Baju operasi             : Sudah

6.    Pola fungsional ( Virginia Handerson)
a)    Pola oksigenasi
Sebelum sakit     : pasien bernafas secara normal, tidak pernah sesak nafas
Saat dikaji     : pasien sesak nafas, tidak sesak RR 20x/ menit
b)    Pola nutrisi    
Sebelum sakit    : pasien makan 3x sehari ( nasi, sayur, dan lauk ) minum 6-8 gelas/hari,
Saat dikaji        : pasien sudah makan dirumah 3x sehari
c)    Pola eliminasi   
Sebelum sakit    : pasien BAK 4-6x/hari dan BAB 1x/hari
Saat dikaji        : pasien BAK belum, BAB belum
d)    Pola aktivitas/ bekerja   
Sebelum sakit    : pasien melakukan aktivitas secara mandiri
Saat dikaji        : aktivitas pasien dibantu oleh keluarga karena pasien merasa kesakitan
e)    Pola istirahat   
Sebelum sakit    : pasien istirahat/ tidur 8-10 jam/hari, pasien tidak
mengalami gangguan tidur
Saat dikaji        : pasien istirahat/ tidur 7-8 jam/hari, pasien
mengalami gangguan tidur karena menahan nyeri
f)    Pola suhu   
Sebelum sakit    : pasien tidak pernah demam (suhu normal)
Saat dikaji        : suhu pasien 360C
g)    Pola gerak dan keseimbangan
Sebelum sakit     : pasien dapat melakukan gerak bebas sesuai keinginannya
Saat dikaji     : pasien dapat melakukan gerak bebas sesuai keinginannya
h)    Pola berpakaian
Sebelum sakit     : pasien dapat mengenakan pakaiannya secara mandiri dan memakai pakaian kesayangannya
Saat dikaji     : pasien menggunakan baju operasi tanpa bantuan
i)    Pola personal hygine
Sebelum sakit     : pasien biasa mandi 2xsehari dengan air bersih dan sabun, mandi tanpa bantuan keluarganya
Saat dikaji        : pasien mandi dengan cara diseka dan dibantu keluarganya
j)    Pola komunikasi
Sebelum sakit    : pasien berkomunikasi dengan lancar, memakai bahasa
daerah
Saat dikaji        : pasien berkomunikasi dengan lancar, memakai bahasa
daerah
k)    Pola spiritual   
Sebelum sakit    : pasien beribadah sesuai agamanya
Saat dikaji        : pasien beribadah sesuai kemampuannya
l)    Pola aman & nyaman
Sebelum sakit    : pasien merasa aman dan nyaman hidup bersama keluarga
Saat dikaji        : pasien merasa gelisah karena akan dilakukan operasi
m)    Pola rekreasi
Sebelum sakit    : pasien kadang-kadang berekreasi ke tempat-tempat wisata
Saat dikaji        : pasien tidak dapat berekreasi
n)    Pola belajar
Sebelum sakit     : pasien tidak mengetahui penyakit yang dideritanya
Saat dikaji     : pasien tidak mengetahui penyakit yang dideritanya

7.    PERSIAPAN PENUNJANG
USG    : Gambaran kista coklat
Lab : tanggal 23- 12- 2011 jam 12.18 wib
Hematologi     Hasil     Satuan     Normal
Leukosit     8.01    10^3/uL    4.8 – 10.8
Eritrosit     4.27    10^6/uL    4.7 – 6.10
Hemoglobin     10.4    9/dL    14.0 – 18.0
Hematokrit     33.0    %    42.0 – 52.0
MCV    77.3    fL    79.0 – 99.0
MCH    24.4    Pg    27.0 –  31.0
MCHC    31.5    g/dL    330 –  37.0
Trombosit     426    10^3/uL    150 –  450
CT        : 4 menit
BT        : 2 menit
Gol Darah    : O
HbsAg    : negatif
GDS    : 109 mg/dl
8.    INFORM CONSENT        : Sudah
9.    TERAPI            :  -


B.    PRE OPERASI
a.    Pengkajian
1)    Pasien mengatakan nyeri pada perut
2)    P : pasien mengatakan nyeri saat menstruasi dan berkurang saat tidur, Q:  nyeri seperti diremas-remas, R : suprapubic, S : skala 6,T : hilang timbul
3)    Pasien mengatakan takut karena belum pernah dilakukan operasi sebelumnya
b.    Analisa Data Pre Operasi :
No     Hari/tanggal    Data focus    Etiologi     Masalah kep.
1.    Jumat, 23 Des 2011
    DS : Pasien mengatakan nyeri
P : pasien mengatakan nyeri saat menstruasi dan berkurang saat tidur, Q:  nyeri seperti diremas-remas, R : suprapubic, S : skala 6,T : hilang timbul
DO :
Td : 120/70 mmHg
N : 76x/menit
Pasien tampak menahan nyeri    Agen cedera biologis : kista ovari    Nyeri akut
2    Jumat, 23 Des 2011
    DS :  Pasien mengatakan takut karena belum pernah dilakukan operasi sebelumnya
DO :
•    Pasien tampak gelisah
•    TD : 120/70 mmHg
•    N : 76x/menit    Perubahan status kesehatan    Ansietas

c.    Rumusan Diagnosa Keperawatan
1)    Nyeri akut b.d agen cedera biologis : Kista ovari
2)    Ansietas b.d perubahan status kesehatan
d.    Rencana Pre Operasi
No     Masalah keperawatan    NOC    NIC
1    Nyeri akut b.d agen cedera biologis : kista ovari
    Setelah dilakukan tindakan selama di ruang Pre diharapkan masalah Nyeri akut dapat teratasi dengan kriteria :
Indikator     Awal     tujuan
Skala     6    4
Expresi wajah    Menahan nyeri    Relax

    a.    Observasi P,Q,R,S,T
b.    Observasi TTV
c.    Atur posisi pasien semi fowler di ruang persiapan op
d.    Ajarkan teknik relaksasi-distraksi : nafas dalam
e.    Berikan antiemetik, analgetik jika diperlukan

2    Ansietas b.d Kurang informasi    Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama di ruang Pre, masalah keperawatan  diharapkan teratasi Ansietas indicator :
Indikator     Awal     tujuan
Kesiapan      Belum siap     Siap operasi
Wajah     Gelisah     tenang

    a.    Gali penyebab kecemasan
b.    Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya
c.    Berikan informasi tentang penyakit yang diderita klien
d.    Berikan prosedur tindakan yang akan dilakukan
e.    Motivasi klien

a.    Pelaksanaan dan Evaluasi Pre Operasi
No Dx    Hari/ tanggal    Implementasi     Evaluasi ( SOAP )
1    Jumat, 23 Des 2011    a.    Mengobservasi P,Q,R,S,T
b.    Mengobservasi TTV
c.    mengatur posisi pasien semi fowler di ruang persiapan op
d.    Mengajarkan teknik relaksasi-distraksi : nafas dalam
e.    Memberikan antiemetik, analgetik sesuai program
    Subjektif : pasien mengatakan nyeri berkurang
P : nyeri berkurang saat nafas dalam
Q : nyeri seperti diremas-remas
R : suprapubic
S : skala 6
T : hilang timbul
Objektif :
TD : 120/70 mmHg
N : 80x/menit
Assessment : masalah belum teratasi
Panning : lanjutkan intervensi
2    Jumat, 23 Des 2011    a.    Menggali penyebab kecemasan
b.    Memberikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya
c.    Memberikan informasi tentang penyakit yang diderita klien
d.    Memberikan prosedur tindakan yang akan dilakukan
e.    Memotivasi klien    Subjektif :
•    pasien mengatakan mengerti tentang penyakitnya setelah dijelaskan oleh perawat
•    Pasien mengatakan siap menghadapi operasi
Objektif :
•    Pasien tampak tenang
Assessment : masalah teratasi
Panning : lanjutkan intervensi

C.    ASKEP INTRA OPERASI
1.    Pengkajian
•    Terdapat luka insisi 5 cm di area operasi
•    Urine output 50 cc
•    TD : 110/70 mmHg
•    N : 80x/menit
2.    Analisa Data Intra Operasi
No     Hari/ Tanggal    Data Fokus        Etiologi    Masalah Keperawatan
1    Jumat, 23  Des 2011    DS : -
DO :Terdapat luka insisi 5cm di area operasi
Urine output 50 cc
TD : 110/70 mmHg
N : 80x/menit
    Luka insisi    Resti perdarahan

3.    Rumusan diagnosa keperawatan :
a.    Resti Perdarahan b.d luka insisi
4.    Perencanaan Intra Operasi
No     Diagnosa Keperawatan    NOC    NIC
1    Resti Perdarahan b.d luka insisi
    Setelah dilakukan perawatan  operasi diruang Operasi masalah  Resti perdarahan dapat teratasi. Dengan kriteria:
•    Tidak terdapat perdarahan
•    Urine output normal ( 50 cc)
    a.    Kaji Kesadaran pasien
b.    Kaji TTV
c.    Pantau status cairan input dan output
d.    Kolaborasi berikan obat anti perdarahan (jika di perlukan)

5.    Pelaksanaan dan Evaluasi Operasi
No Dx    Hari/ tanggal    Implementasi     Evaluasi ( SOAP )
1    Jumat, 26 Des 2011    a.    mengkaji Kesadaran pasien
b.    mengkaji TTV
c.    memantau status cairan input dan output
    Subjektif : -
Objektif :
•    Kesadaran pasien : compos mentis
•    TD : 110/60 mmHg
•    N : 78x/menit
•    RR : 20x/menit
•    S : 360 C
•    Cairan input RL 500 cc
•    Urine output : 50 cc
•    Perdarahan : 300 cc
Assessment : masalah teratasi
Panning : lanjutkan intervensi


D.    LAPORAN INTRA OPERASI
1.    Persiapan Pasien        :       
Posisi pasien         : Supinasi
TD                : 120/70 mmHg
Nadi            : 80X/menit
RR                :20x/menit
Suhu            : 36 0 C           
Anestesi            : Regional Anestesi (spinal)

2.    Persiapan Alat        :
a.     Persiapan instrument
Basic set    Jml    Alat tambahan    Jml
Gunting kasa    1    Jas operasi    4
Gunting jaringan    1    Handschoen    4
Klem arteri    10    Duk besar    3
Pinset anatomis (besar dan kecil)    2    Duk lubang    1
Pinset cirurgis (besar dan kecil)    2    Canul suction    1
Kocher    4    Selang suction    1
Duk klem    6    Kassa    6
Nail holder        Cutter    1
Scuple (no 3 dan 4)    2    Bisturi no.22    1
Bengkok     2    Benang : plain2/0, chromic 0, cide 2/0, chromic 3/0, side 3/0   
    2    Big hak    2
        Klem ovarium    2
        Klem arteri    2
        Big kassa    1
        Elis     4
















b.    Proses Operasi
No    Tindakan    Alat yang disiapkan
1    Atur posisi pasien    supine
2    Desinfeksi     Kom, betadin, alcohol, klem, kassa
3    Drapping      Duk besar, duk kecil, duk klem
4    insisi kulit – otot    Pisau, klem, pinset sirurgis, kassa
5    Menghentikan perdarahan    Cuter dan klem arteri
6    Insisi peritoneum    Gunting, pinset sirurgis.
7.    Memperluas pandang area operasi    Big hak (2)
8.    Mengangkat / memotong kista     Gunting jaringan, pinset, klem arteri
9.    Menjahit pangkal kista    Cromic no.1
10.    Menjahit peritoneum dengan jahitan jelujur dan untuk mencegah usus terkena jarum    Nail fuder, pinset sirurgis, referdin, plain 2/0
11.    Menjahit otot    Plan 2/0
12.    Menjahit fasia    Polisob 1
13.    Menjahit subcutis    Plan 2/0
14.    Menjahit kulit dengan jahitan matras    Cide 2/0
15.    Perawatan luka dan fiksasi    Kassa betadin dan plester


E.    ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERASI
1.    Jenis  anestesi : Regional (spinal) Anestesi
2.    Pemeriksaan Bromage
No.    Kriteria    Nilai Normal    Masuk    Keluar
1.    Gerakan penuh di tungkai    0    1    1
2.    Tidak mampu ekstensi tungkai    1    1    2
3.    Tidak mampu fleksi lutut    2    1    2
4.    Tidak mampu fleksi pergelangan kaki    3    0    1
Nilai masuk 3, nilai keluar 6.

3.    Pengkajian
•    TD : 110/60 mmHg
•    N : 78x/menit
•    S : 360 C
•    RR : 20x/menit
•    Pasien mengatakan sedikit mual
•    Pasien tampak menahan mual
4.    Analisa Data Post Operasi
No     Hari/ Tanggal    Data Fokus    Etiologi    Masalah Keperawatan
1    jumat, 23 Des 2011    DS :
 Pasien mengatakan sedikit mual
DO :
•    Pasien tampak menahan mual    anestesi pasca operasi    mual

5.    Rumusan Diagnosa Keperawatan Post Operasi
a.    Mual b.d anestesi pasca operasi
6.    Rencana keperawatan Post Operasi
No     Diagnosa Keperawatan    NOC    NIC
1    Mual b.d anestesi pasca operasi
    Setelah dilakukan perawatan post operasi diruang RR masalah mual dapat teratasi.
Kriteria hasil :
•    Tidak terdapat mata cekung
•    Tidak terjadi rasa haus yang tidak normal
•    Membrane mukosa lembap
•    Pasien melaporkan terbebas dari mual    a.    Pantau gejala subyektif mual pada pasien
b.    Ajarkan kepada pasien menelan secara sadar atau nafas dalam untuk menekan reflex muntah.
c.    Ajarkan untuk makan secara berlahan
d.    Naikan bagian kepala tempat tidur atau letakan pada posisi lateral untuk mencegah aspirasi
e.    Pindahkan segera benda-benda yang menimbulkan bau
f.    Berikan perawatan mulut setelah terjadi muntah
g.    Pertahankan kebersihan diri dan tempat tidur ketika terjadi muntah



7.    Pelaksanaan dan Evaluasi Post Operasi
No Dx    Hari/ tanggal    Implementasi     Evaluasi ( SOAP )
1    Jumat, 23 Des 2011    •    Memantau gejala subyektif mual pada pasien
•    Mengajarkan kepada pasien menelan secara sadar atau nafas dalam untuk menekan reflex muntah
•    Menaikan bagian kepala tempat tidur atau letakan pada posisi lateral untuk mencegah aspirasi
•    Mengajarkan untuk makan secara berlahan
•    Memindahkan segera benda-benda yang menimbulkan bau
•    Memberikan perawatan mulut setelah terjadi muntah
•    Mempertahankan kebersihan diri dan tempat tidur ketika terjadi muntah
    Subyektif   : pasien mengatakan rasa mualnya sudah sedikit berkurang

Obyektif      :
-Tidak terdapat mata cekung
-Tidak terjadi rasa haus yang tidak normal
-Membrane mukosa lembab
-Pasien melaporkan terbebas dari mual

Assessment : Masalah mual sudah teratasi sebagian

Planning      : Lanjutkan dan modifikasi intervensi







BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab ini tim penulis akan membahasnya sesuai dengan asuhan keperawatan yang sudah diterapkan meliputi pengkajian, diagnosa, inervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.
A.    Pengkajian
 Pengkajian adalah tahap awal untuk melakukan suatu keperawatan yang berguna untuk mengumpulkan data sebagai dasar untuk mengetahui kebutuhan klien sehingga dapat menentukan asuhan keperawatan yang akan dilakukan. Dalam pengumpulan data tim penulis menggunakan metode wawancara atau Tanya jawab dengan keluarga pasien dan klien serta observasi dengan menggunakan pemeriksaan fisik dan menggunakan studi dokumentasi pada status pasien.
    Selama melakukan pengkajian tim penulis banyak menemui kesulitan, hal ini dikarenakan penulis dihadapkan pada satu kasus yang memiliki keterbatasan informasi berkaitan dengan penyakit yang di derita pasien. Pada pemerikasaan fisik, tim penulis menemukan indikasi khas yang sesuai dengan teoritis yaitu : nyeri pada saat haid
B.    Diagnosa Keperawatan
    Berdasarkan tinjauan pustaka asuhan keperawatan pada kasus kista ovari tim penulis mendapat hasil diagnosa keperawatan yaitu :
1)    Nyeri akut b.d agen cedera biologis : akista ovari
2)    Ansietas b.d perubahan status kesehatan
3)    Resti perdarahan b.d luka insisi
4)    Mual b.d efek anestesi
C.    Intervensi Keperawatan
   Dalam menyusun rencana tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan sesuai dengan kriterianya, maka tim penulis membuat rencana berdasarkan acuan pada tinjauan teoritis yang ada pada tinjauan pustaka, rencana tindakan di buat selama proses pembedahan dari mulai pasien masuk ke ruang induksi sampai pasien keluar dari ruang RR. Dari 4 diagnosa ini intervensi dapat diterapkan pada kasus karena berkat kerjasama yang baik antara perawat, keluarga, dan klien. Dalam menyusun tindakan yang akan dilakukan ini disesuaikan dengan diagnosa yang ditemukan sehingga mendapatkan tujuan yang diinginkan.
D.    Implementasi dan Evaluasi
Implementasi dilakukan berdasarkan diagnosa dan rencana keperawatan dan sekaligus dilakukan evaluasi tindakan

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.    KESIMPULAN
Kista adalah suatu jenis tumor, emyebab pastinya sendiri belum diketahui, diduga seringnya memakai kesuburan. (Soemadi, 2006)
Dari kasus Ny. S dapat disimpulkan bahwa kasus kista ovari terdapat manifestasi klinis yang jelas yaitu adanya nyeri pada saat haid di abdomen suprapubic dengan pemeriksaan penunjang lab, USG dll untuk memastikan diagnosa kista ovari
B.    SARAN
1.    Sebaiknya pasien dibantu keluarga dalam melakukan aktivitas pasca operasi.
2.    Sebaiknya pasien miring kiri untuk menghindari muntah dan aspirasi.
3.    Sebaiknya pasien mengkonsumsi nutrisi tinggi protein untuk mempercepat penyembuhan luka


DAFTAR PUSTAKA

1.    Doenges, Marilynn E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta. EGC

2.    Price, SA, Wilson,LM. (1994). Patofisiologi Proses-Proses Penyakit, Buku Pertama. Edisi 4. Jakarta. EGC

3.    Smeltzer, Bare (1997). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & suddart.  Edisi 8. Volume 2. Jakarta, EGC

4.    Swearingen. (1996). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 2. K\Jakarta. EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar