Sabtu, 07 Januari 2012

askep katarak EKEK

BAB I
Pendahuluan

A.    Latar Belakang
Katarak merupakan penyebab utama kebutaan yang terjadi hampir diseluruh negara di belahan dunia, bahkan di Amerika Serikat lebih kurang 20% kebutaan disebabkan oleh penyakit ini. (Kruppin et all,1984).
Diantara negara-negara di kawasan Asia Tenggara, angka kebutaan di Indonesia menempati peringkat yang tertinggi, yakni 1,5% dari jumlah penduduk (kurang lebih 3 juta orang).
Operasi katarak merupakan salah satu tindakan yang tepat
dan   efektif   guna   mengurangi   resiko   kebutaan   pada   pasien
katarak. Prinsip dari operasi ini adalah mengeluarkan lensa yang
mengalami   kekeruhan   dan   menggantikannya   dengan   lensa
implant  atau  Intra  Oculer  Lens (IOL)  sebagai  pengganti  lensa mata. Jika  pasien  tidak  mengalami  ganguan  refraksi  ataupun kerusakan pada saraf optiknya, maka visus pasca operasi akan dapat membaik.
Ekstraksi katarak (ECCE) merupakan salah satu jenis tindakan
operasi mata yang umum dan banyak dilakukan  untuk pasien
katarak. Jenis operasi ini tidak memerlukan anestesi umum, kecuali
untuk   pasien   infant/pediatric   dan   pasien   indikasi   tertentu.
Disamping itu, post op katarak tidak perlu rawat inap terlalu lama di
RS sehingga biaya perawatan/pengobatan dapat ditekan,  dan
juga durasi operasi katarak relative pendek. Dengan keuntungan-
keuntungan  diatas  diharapkan  pasien  tidak  mampu  penderita
katarak  mendapat  kesempatan  yang  sama  untuk  mendapat
pelayan operasi ECCE guna memperbaiki visusnya.



B.    Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Peri Operatif EKEK pada Klien Tn. S dengan Katarak Matur di IBS PKU Muhammadiyah Gombong

C.    Ruang Lingkup
Asuhan keperawatan pre operatif, intra operatif, dan post operatif dengan tindakan EKEK pada klien Tn. S dengan katarak matur di ruang OK 1 IBS PKU Muhammadiyah Gombong dengan pendekatan proses asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,implementasi dan evaluasi.

D.    Tujuan
1.    Tujuan Umum
Menambah pengetahuan dan informasi tentang asuhan keperawatan pada kasus Katarak
2. Tujuan khusus
a.    Mengetahui tentang definisi, etiologi, anatomi fisiologi, Patofisiologi dari Katarak
b.    Mengetahui tanda dan gejala diagnosa banding, komplikasi, penatalaksanaan dari Katarak
c.    Mengetahui pemeriksaan penunjang, asuhan keperawatan dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan dari Katarak

E.    Manfaat
a.    Bagi Penyusun
Menambah pengetahuan dan wawasan keperawatan, tinjauan pustaka dari Katarak
b.    Bagi Pembaca
Menambah pengetahuan dan informasi secara singkat tentang Tinjauan kepustakaan dan asuhan keperawatan.
c.    Bagi Pendidikan
Menambah referensi dan sumber bacaan secara singkat tentang Katarak



BAB II
Tinjauan Pustaka

A.    Definisi Katarak
Katarak merupakan penyakit mata yang ditandai dengan
kekeruhan pada lensa, dimana penglihatan seperti tertutup oleh
air terjun, tabir atau layar sehingga penderita katarak mengalami
penurunan visus/ketajaman penglihatan. (Vera Darling, 1996).
Insidensi penyakit katarak pada umumnya terjadi pada usia
lanjut oleh karena proses degenerasi (katarak senillis), tetapi dapat
juga terjadi sejak lahir (katarak congenital), timbul pada masa anak-anak (katarak   jouvenil),   kondisi   pasca   trauma (katarak traumatika), dan   karena   diakibatkan   dari   penyakit   tertentu ( katarak komplikata/sekunder ).
Ada beberapa metode bedah katarak  yang  dilakukan  di  RS  Dr  Sardjito, yaitu  ECCE (Exktra  Capsulair   Cataract   Extraction),   ICCE (Intracapsuler   Cataract Extraction), dan small Incisi.
ECCE merupakan metode yang paling
sering diantara kedua metoda diatas. ECCE merupakan metode
operasi katarak dengan membuat insisi limbal pada kornea inferior
dan   melebarkannya   dengan   gunting   kornea,   merobek   dan
melakukan insisi pada kapsul anterior serta mengeluarkan nucleus
lensa   melalui   irisan   kornea   yang   telah   dibuat. (Journal Opthalmology, 1997).
Selain dari ECCE ada metode operasi katarak yang disebut dengan  phacoemulsifikasi. Diamana pada metode ini sayatan kornea dibuat minimal sehingga meminimalisasi perdarahan dan jahitan, serta kemungkinan terjadinya astigmatisma kecil.


B.    Klasifikasi Katarak
Berdasarkan penyebabnya katarak dibagi menjadi 5 jenis, yaitu :
1.  Katarak Senillis
Katarak yang disebabkan karena proses ketuaan (degeneratif). Katarak ini terbagi menjadi 3 bagian : K.senilis immature, matur, dan hipermatur.
2.  Katarak Kongenital
Katarak yang didapat semenjak lahir, karena tergannggunya proses organogenesis (pembentukan organ mata) selama masa kehamilan.   Biasanya   penyebabnya   adalah   inveksi   virus Toxoplasma (TORCH).
3.  Katarak Jouvenil
Katarak yang mulai terjadi pada masa anak-anak.
4.  Katarak Traumatika
Katarak  yang  terjadi    akibat  adanya  riwayat  trauma  yang
dialami penderita sebelumnya. Misalnya karena kecelakaan lalu lintas.
5.  Katarak komplikata
Katarak   yang   terjadi   karena   komplikasi   penyakit   tertentu,
misalnya  Diabetus  Mellitus (DM)  yang  dapat  menyebabkan
katarak diabetikum.

C.    Manifestasi klinis
1.    Penglihatan   makin   lama   makin   terasa   kabur,   penderita
merasakan seperti ada tabir yang menyelimuti pandangannya.
2.    Mata (lensa) tampak berubah warna menjadi putih keruh.
3.    Ketajaman penglihatan (visus) menurun secara progresif.
4.    Mata terasa nyeri (sakit) jika penyebab katarak oleh karena
glaucoma (katarak sekunder).

D.    Pemerikasaaan Diagnostik
1.    Pemeriksaan Visus
2.    Pemeriksaan Tonometri
3.    Pemeriksaan Biometri
4.    Pemeriksaan Campimetri (Campus Visi)
5.    Pemeriksaan USG Mata

E.    Anatomi dan Fisiologi


Fisiologi : Mata merupakan indra penglihatan, dibentuk untuk menerima rangsangan berkas-berkas cahaya pada retina, lantas dengan perantaraan serabut-serabut nervus optikus, mengalihkan rangsangan ke pusat penglihatan pada otak, untuk ditafsirkan.

F.    Etiologi
1.    Kongenital merupakan salah satu kelainan herediter sebagai akibat dari infeksi virus prenatal
2.    Proses penuaan
3.    Degenerasi, gangguan metabolic, radiasi
4.    Pengaruh zat kimia, infeksi dan penyakit mata lainnya
5.    Penyebab yang lain bisa meliputi trauma, infeksi pada traktur uvea, penyakit sistemik seperti Diabetes Melitus dll. (Prof. dr. H Sidarta Ilyas, SpM, Ilmu Penyakit Mata Th 2004)

G.    Patofisiologi
Katarak merupakan kondisi penurunan ambilan O2. Penurunan air, peningkatan kandungan kalsium dan berubahnya protein yang dapat larut menjadi tidak dapat larut.  Lensa berisi 65 % air, 35 % protein dan mineral penting.  Pada proses penuaan lensa secara bertahap kehilangan air dan mengalami peningkatan dalam ukuran dan densitasnya.

















BAB III
Tinjauan Kasus
A.    PENGKAJIAN
1.    Biodata Pasien
a.    Nama                 : Tn. S
b.    Umur                : 75 tahun
c.    Alamat                 : Wonoriyo 1/1 Karanganyar
d.    Pendidikan                : SMA
e.    Pekerjaan                : Pensiunan PNS
f.    No Register            : 1261195
g.    Dx Medis                : Katarak Matur Sinistra
h.    Tindakan Operasi            : Small Insicion Katarak
i.    Kamar Op/Tanggal        : Selasa,  26/ 12 /2011, Kamar 1.
j.    Jenis Asuransi            : ASKES gol IV
2.    Biodata Penanggung Jawab
a.    Nama                 : Ny. H
b.    Umur                : 40 tahun
c.    Alamat                 : Wonoriyo 1/1 Karanganyar
d.    Pekerjaan                : IRT
e.    Pendidikan            : SMA
f.    Hubungan dengan pasien        : Anak

3.    Keluhan utama :
Pasien mengatakan pengelihatan mata kiri buram/tidak jelas
4.    Riwayat Kesehatan
a.    Sekarang    :
Pasien Tn. S, 75th pada hari Selasa, 6 Des 11 pukul 17.00 wib datang ke IGD PKU Muhammadiyah Gombong dengan keluhan mata kiri tidak jelas untuk melihat sejak 6 bulan yang lalu. Saat di kaji hasil pemeriksaan VUD : 73/60 , VUS : 1/60. TTV : TD 170/90 mmHg, N 78x/menit, RR 18x/menit, S 360 C. Oleh dokter pasien di sarankan utuk operasi EKEK pada hari Selasa, 6 Des 11 pukul 19.30 wib.
b.    Dahulu        :
Pasien sebelumnya belum pernah mengalami katarak dan belum pernah dioperasi.
c.    Keluarga        :
Keluarga pasien saat ini tidak ada yang mengalami penyakit seperti pasien, dan pasien tidak mempunyai penyakit keturunan seperti DM, Hipertensi dll.
5.    Status Kesehatan            :
1)    Kesadaran            : Compos Metis
2)    Vital Sign            :  TD : 170/90 mmHg
   RR : 18 x/menit
   N   : 78 x/menit
   S    : 36 0 C
3)    Head to Toe
a)    Kepala     : mesochepal, tidak ada lesi, tidak ada hematoma, tidak ada nyeri tekan
b)    Rambut     : warna hitam beruban, tampak kusut, tidak ada kebotakan
c)    Mata      : pengelihatan buram pada mata kiri sejak 6 bulan yang lalu, diameter pupil 3, sclera an ikterik, konjungtiva anemis, pupil isokor, tampak putih pada lensa mata kiri.
d)    Hidung     : bentuk simertis, tidak ada perdarahan, tidak ada secret
e)    Telinga     : bentuk normal, pendengaran normal, tidak ada secret,
tidak ada perdarahan
f)    Mulut dan gigi     : mukosa kering, mulut dan gigi bersih
i.    Leher     : tidak ada pembesaran tyroid, nadi karotis teraba, tidak ada pembesaran limfoid
g)    Thorax    :
Pemeriksaan     Jantung     Paru- paru
Inspeksi    Tidak ada pembesaran , tidak ada bekas luka    Frekuensi nafas teratur, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada jejas
Palpasi     Tidak ada pembersaran, tidak ada benjolan    Tidak ada pembersaran, tidak ada benjolan
Perkusi     Bunyi redup    Bunyi sonor
Auskultasi     Bunyi S1 S2 normal    Bunyi vesikuler

h)    Abdomen         :
I : bentuk simetris, tidak ada benjolan, tidak ada bekas    
luka
A : bising usus 6 x/menit,
P : suara timpani
P : tidak ada pembesaran hati,tidak ada nyeri tekan
i)     Genitalia     : Genitalia normal, tidak ada pembesara prostat, urin tidak ada darah, urine berwarna kuning pekat, bau amonia.
j)     Eksteremitas     : kekuatan otot      5       5
      5       5
Refleks pasien : baik, ROM : sebagian,  Akral hangat, tidak ada edema
4)    Pencukuran daerah operasi     : ( bulu mata kiri ) Sudah
5)    Kompres daerah operasi dengan kassa alcohol     : Tidak
6)    Pengosongan lambung    : tidak
7)    Pengosongan kandung kemih    : Tidak.
8)    Baju operasi             : Sudah

6.    Pola fungsional ( Virginia Handerson)
a)    Pola oksigenasi
Sebelum sakit     : pasien bernafas secara normal, tidak pernah sesak nafas
Saat dikaji     : pasien bernafas secara normal, tidak sesak RR 18x/ menit
b)    Pola nutrisi    
Sebelum sakit    : pasien makan 3x sehari ( nasi, sayur, dan lauk ) minum 6-8 gelas/hari,
Saat dikaji        : pasien sudah makan dirumah 3x sehari
c)    Pola eliminasi   
Sebelum sakit    : pasien BAK 4-6x/hari dan BAB 1x/hari
Saat dikaji        : pasien BAK belum, BAB belum
d)    Pola aktivitas/ bekerja   
Sebelum sakit    : pasien melakukan aktivitas secara mandiri, pasien pensiunan PNS saat ini menganggur di rumah
Saat dikaji        : aktivitas pasien dibantu oleh keluarga karena pengelihatanna buram
e)    Pola istirahat   
Sebelum sakit    : pasien istirahat/ tidur 8-10 jam/hari, pasien tidak
mengalami gangguan tidur
Saat dikaji        : pasien istirahat/ tidur 7-8 jam/hari, pasien tidak
mengalami gangguan tidur
f)    Pola suhu   
Sebelum sakit    : pasien tidak pernah demam (suhu normal)
Saat dikaji        : suhu pasien 360C
g)    Pola gerak dan keseimbangan
Sebelum sakit     : pasien dapat melakukan gerak bebas sesuai keinginannya
Saat dikaji     : pasien dapat melakukan gerak bebas sesuai keinginannya
h)    Pola berpakaian
Sebelum sakit     : pasien dapat mengenakan pakaiannya secara mandiri dan memakai pakaian kesayangannya
Saat dikaji     : pasien menggunakan baju operasi tanpa bantuan
i)    Pola personal hygine
Sebelum sakit     : pasien biasa mandi 2xsehari dengan air bersih dan sabun, mandi tanpa bantuan keluarganya
Saat dikaji        : pasien mandi dengan cara diseka dan dibantu keluarganya
j)    Pola komunikasi
Sebelum sakit    : pasien berkomunikasi dengan lancar, memakai bahasa
daerah
Saat dikaji        : pasien berkomunikasi dengan lancar, memakai bahasa
daerah
k)    Pola spiritual   
Sebelum sakit    : pasien beribadah sesuai agamanya
Saat dikaji        : pasien beribadah sesuai kemampuannya
l)    Pola aman & nyaman
Sebelum sakit    : pasien merasa aman dan nyaman hidup bersama keluarga
Saat dikaji        : pasien merasa gelisah karena akan dilakukan operasi
m)    Pola rekreasi
Sebelum sakit    : pasien kadang-kadang berekreasi ke tempat-tempat wisata
Saat dikaji        : pasien tidak dapat berekreasi
n)    Pola belajar
Sebelum sakit     : pasien tidak mengetahui penyakit yang dideritanya
Saat dikaji     : pasien tidak mengetahui penyakit yang dideritanya

7.    PERSIAPAN PENUNJANG
Visus :     VUD : 73/60
        VUS : 1/60
8.    INFORM CONSENT        : Sudah
9.    TERAPI            : -


PRE OPERASI
a.    Data Fokus
1)    Pasien mengatakan pengelihatannya tidak jelas pada mata kiri
2)    VUD : 73/60, VUS : 1/60
3)    Pasien tampak gelisah
4)    Td : 170/90 mmHg
5)    N : 78x/menit
6)    Pasien mengatakan takut karena belum pernah dilakukan operasi sebelumnya
b.    Analisa Data Pre Operasi :
No     Hari/tanggal    Data focus    Etiologi     Masalah kep.
1.    Selasa, 6 Des 2011
    DS : pasien mengatakan pengelihatannya tidak jelas pada mata kiri
DO : VUD : 73/60, VUS : 1/60
    Katarak     Gangguan Persepsi Sensori : pengelihatan
2    Selasa, 6 Des 2011
    DS :  Pasien mengatakan takut karena belum pernah dilakukan operasi sebelumnya
DO :
•    Pasien tampak gelisah
•    TD : 170/90 mmHg
•    N : 78x/menit    Kurang informasi    Ansietas

c.    Rumusan Diagnosa Keperawatan
1)    Gangguan persepsi sensori : pengelihatan b.d katarak
2)    Ansietas b.d Kurang informasi

d.    Rencana Pre Operasi
No     Masalah keperawatan    NOC    NIC
1    Gangguan persepsi sensori : pengelihatan b.d katarak
    Setelah dilakukan tindakan 1x 2jam diharapkan masalah gangguan persepsi sensori : pengelihatan dapat teratasi dengan kriteria :
•    Pasien dapat dipindah ke meja operasi
•    Pasien dapat melihat secara normal
•    Visus normal    a.    Beri penjelasan tentang penyakit katarak
b.    Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan pengelihatan
c.    Bantu ambulasi pasien dari ruang persiapan ke meja operasi
2    Ansietas b.d Kurang informasi    Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30 menit, masalah keperawatan  diharapkan teratasi Ansietas indicator :
•    Pasien tampak tenang
•    Pasien siap menghadapi operasi
•    Pasien mengetahui tindakan yang akan dilakukan    d.    Gali penyebab kecemasan
e.    Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya
f.    Berikan informasi tentang penyakit yang diderita klien
g.    Berikan prosedur tindakan yang akan dilakukan
h.    Ijinkan keluarga klien untuk mendampingi pasien selama fase pre op
i.    Motivasi klien

e.    Pelaksanaan dan Evaluasi Pre Operasi
No Dx    Hari/ tanggal    Implementasi     Evaluasi ( SOAP )
1    Selasa, 6 Des 2011    a.    Beri penjelasan tentang penyakit katarak
b.    Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan pengelihatan
c.    Bantu ambulasi pasien dari ruang persiapan ke meja operasi    Subjektif : -
Objektif :
•    Pasien dipindah ke meja operasi dengan aman
Assessment : masalah teratasi
Panning : lanjutkan intervensi
2    Selasa, 6 Des 2011    a.    Menggali penyebab kecemasan
b.    Memberikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya
c.    Memberikan informasi tentang penyakit yang diderita klien
d.    Memberikan prosedur tindakan yang akan dilakukan
e.    Mengijinkan keluarga klien untuk mendampingi pasien selama fase pre op
f.    Memotivasi klien    Subjektif :
•    pasien mengatakan mengerti tentang penyakitnya setelah dijelaskan oleh perawat
•    Pasien mengatakan siap menghadapi operasi

Objektif :
•    Pasien tampak tenang
Assessment : masalah teratasi
Panning : lanjutkan intervensi

B.    ASKEP INTRA OPERASI
1.    Data Fokus
•    Terdapat luka insisi di area operasi
2.    Analisa Data Intra Operasi
No     Hari/ Tanggal    Data Fokus        Etiologi    Masalah Keperawatan
1    Selasa, 6 Des 2011    DS : -
DO :Terdapat luka insisi di area operasi    Luka insisi    Resti infeksi

3.    Perencanaan Intra Operasi
No     Diagnosa Keperawatan    NOC    NIC
1    Resti infeksi b.d luka insisi
    Setelah dilakukan perawatan  operasi diruang Operasi masalah  Resti Infeksi dapat teratasi. Dengan kriteria:
•    Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
    a.    Seterilkan kamar operasi
b.    Seterilkan instrumen operasi
c.    Cuci tangan steril
d.    Disinfeksi area operasi sebelum dan sesudah operasi dengan betadin dan lakohol
e.    Tutup luka dengan kasa dan plester

4.    Pelaksanaan dan Evaluasi Operasi
No Dx    Hari/ tanggal    Implementasi     Evaluasi ( SOAP )
1    Selasa, 6 Des 2011    a.    menyeterilkan kamar operasi
b.    menyeterilkan instrumen operasi
c.    mencuci tangan steril
d.    mendisinfeksi area operasi sebelum dan sesudah operasi dengan betadin dan lakohol
e.    menutup luka dengan kasa dan plester    Subjektif : -
Objektif :
•    luka insisi post operasi tertutup kasa dan plester
•    tidak terdapat tanda-tanda infeksi
Assessment : masalah teratasi
Panning : lanjutkan intervensi



C.    LAPORAN INTRA OPERASI
1.    Persiapan Pasien        :       
Posisi pasien         : Supinasi
TD                : 170/90 mmHg
Nadi            : 78X/menit
RR                :18x/menit
Suhu            : 36 0 C           
Anestesi            : Local Anestesi

2.    Persiapan Alat        :
 Menyiapkan bahan medis habis pakai yang terdiri dari :

Instrumen     Jumlah
Sarung tangan     4 pasang
Infus set    1 buah
Spuit 1; 2,5;5;10 cc    @ 1 buah
Lidocain 2%    1 ampul
Marcain 0,5%    1 ampul
Silet steril    1 buah
Trepan blue    1 buah
Cotton buds    1 pack ( secukupnya )
Benang Ethilon No. 10-O    1 buah
Benang silk 4/0 cutting    1 buah
Kemicitine Zalf mata    1 buah
Spons dep    1 buah
Kasa lipat    secukupnya (steril) =  2 buah
Dop mata    1 buah
Dexametasone    2 ampul
Gentamycin    2 ampul/1 flacon
Optemp        1 buah
Visco elastis (vitrasen)    1 buah
Miostat    1 buah
Jarum udara    4 buah
Simcoe (I/A)    1 buah
Cairan RL    1 flabot
Alkohol 70%    1 botol/ secukupnya
Betadine 45%    1 botol/ secukupnya

3.    Menyiapkan meja steril untuk linen
a)    Menata linen di atas meja yang terdiri dari :
•    Jas operasi    =  4 buah
•    Doek tutup    =  6 buah
•    Wash lap    =  4 buah
•    Doek lubang mata    =  2 buah
•    Doek lubang besar    =  1 buah
•    Slop + karet    =  1 buah
b)    Menata bengkok + kom di atas meja di sebelah linen, salah satu kom diisi dengan betadine solution ± 1/3 bagian.
Menata bahan medis habis pakai di atas meja steril, kecuali cairan RL. Tutup meja dengan doek steril.
c)    Menyiapkan meja instrumen (mayo) dengan terlebih dahulu menutup meja dengan slope, kemudian dilapisi perlak dan di atasnya dilapisi lagi dengan doek steril.
d)    Menyiapkan sterilisator (sterimat)  Untuk   menyeterilkan   simcoe   dengan   cara   rebus   sampai mendidih, dan dibiarkan selama 10 menit baru dapat diangkat.
Dapat  juga  dipakai  untuk  menyeterilkan  bahan-bahan  dari karet, mika dan dari plastik. Cairan yang dipakai aquades.
e)    Menyiapkan mikroskop operasi Lakukan ceking pada lensa objektif maupun okulernya optiknya, jika ada sedikit kekeruhan pada lensa okuler/objektifnya segera dibersihkan dengan tissue lensa + cairan campuran alkohol : eter dengan perbandingan 5 : 2.
f)    Menyiapkan canule oksigen (Canule Binasal) Oksigen  dipasang  selama  pasien  dilakukan  operasi  dengan besar tekanan 2 - 3 mmHg. Terutama bagi pasien yang punya riwayat astma, pasien tua ataupun  pasien  yang  tidak  tahan /  gelisah  jika  mukanya ditutup.
g)    Cuci tangan steril (Sterille Handwashing) Mencuci    tangan    dengan    cairan    hibiscrub    dengan membersihkan kotoran-kotoran pada telapak tangan dan kuku memakai sikat khusus selama ± 5 menit diatas air yang mengalir. Bilas tangan dengan alcohol 70 %.
h)     Memakai jas operasi steril ( Gawning )
i)     Memakai sarung tangan steril ( Gloving )
j)    Menata instrumen katarak di atas meja mayo
k)    Prinsip   dalam   menata   instrumen   katarak   adalah   sebagai berikut:
a. Instrumen katarak sebaiknya ditata di atas wadah tertentu (stainles) yang steril sehingga tidak ada kontak langsung dengan linen pengalas/penutup meja mayo.
b. Posisi  instrumen  memudahkan  perawat  instrumen  dalam bekerja   serta   tidak   menyulitkan   operator   ketika   akan mengambil sendiri.
c. Urutkan  instrumen  sesuai  dengan  prioritas  dan  fungsinya. instrumen yang pertama digunakan diletakkan paling dekat ke operator.
d. Pisahkan  instrumen  yang  tidak   digunakan   lagi   dengan instrumen yang masih di pakai.
l)    Jenis Instrumen katarak yang disiapkan untuk ekstraksi katarak ekstra kapsuler adalah :
•    Pembuka mata / wire Specullum = 2 (dewasa + anak)
•    Pinset atson chirurgis = 1
•    Needle holder makro = 1
•    Arteri klem( pean ) = 2
•    Klem preparasi = 1
•    Gunting konjunctiva = 1
•    Pinset kornea = 1
•    Blade Breaker = 1
•    Gunting kornea = 1
•    Sendok lensa = 1
•    Pemutar lensa = 1
•    Muscle hook = 1
•    Spatel iris = 1
•    Needle holder mikro = 1
•    Gunting vannas = 1
•    Ultrata = 1
•    Simcoe = 1

m)    Menata bahan medis habis pakai yang telah disiapkan pada meja instrument, didekatkan dan prioritaskan bahan medis yang pertama akan digunakan untuk disipkan lebih dahulu.
n)    Bahan medis yang perlu disiapkan lebih awal sebelum operasi dimulai antara lain:
    Memotong silet dengan blade breaker
    Menyiapkan trepan blue ± 0,3 cc dalam spuit 1 cc
    Menyiapkan spuit 1 cc yang telah diisi dengan cairan RL untuk CCC.
    Menyiapkan spuit 2,5 cc yang telah diisi dengan cairan RL untuk hidrodeseksi.
    Menyiapkan lidocain dalam spuit 1cc untuk anestesi sub konjungtiva seandainya anestesi retrobulber kurang berhasil.
    Menyiapkan vitrasen
    Menyiapkan spuit 1 atau 2,5 cc untuk I/A Sebelum dipakai untuk irigasi/aspirasi, cairan RL dioplos dulu dengan gentamycin dengan perbandingan 1 : 1.000.
4.    Kronologi/Urutan Operasi
a)    Desinfektasi dan irigasi mata dengan larutan betadine +  RL dengan perbandingan 7 : 3 memakai spuit 10 cc.
b)    Pasang duk tutup pada bagian bawah (mulut ke bawah) dan bagian atas (menutupi kepala, kecuali mata) serta pasang doek lubang pada mata yang akan dioperasi.
c)    Pasang wire specullum pada mata yang akan dioperasi.
d)    Kendali   palpebra   superior   dengan   menggunakan   benang atraumatic silk no. 4-0 cutting.
e)    Lakukan   irisan/buat   takik   corneal   dengan   blade   breaker sepanjang kurang lebih 140o.
f)    Infiltrasi trepan blue ke dalam COA dan ditunggu selama 2 menit agar trepan blue dapat mengisi seluruh ruang dibawah capsul anterior lensa.
g)    Lakukan   perobekan   kapsul   anterior   lensa   dengan   ultrata dilanjutkan  dengan  CCC (Continous  Circulair  Capsuloreksis) dengan   spuit 1   cc   isi   RL   yang   ujung   jarumnya   telah dibengkokkan terlebih dahulu.
h)    Lakukan  hidrodeseksi  dengan  spuit 2,5  cc  yang  telah  diisi dengan RL untuk memisahkan kapsul lensa dengan nucleus lensa.
i)    Lakukan irigasi aspirasi (I/A). Tembus irisan/takik corneal yang telah dibuat dengan blade breaker  dan  gunting  kornea  sepanjang  takik (dg  gunting kornea)
j)    Pasang preplace kendor dengan needle holder mikro + benang Ethilon 10-0  pada  tangan  kanan  dan  pinset  kornea  pada tangan kiri.
k)     Keluarkan   nukleus   lensa   dengan   simcoe   dibantu   dengan pemutar lensa sebagai second instrument, selanjutnya simcoe diganti dengan saat mengeluarkan/evakuasi lensa.
l)    Jahit kornea pada jam 11,12,1, dengan benang Ethilon 10-0. tangan  kanan  memegang  needle  holder  mikro  sementara tangan kiri memegang pinset kornea. Untuk membuat simpul jahitan  pinset  kornea  diganti  dengan  pinset  Keelman  Mac. Pharson.   Benang  dipotong   dengan   gunting   vanas,   simpul ditanam dengan pinset Keelman.
m)    Lakukan irigasi aspirasi (I/A)dengan simcoe sampai bersih. Masukkan vitrasen secukupnya pada COA untuk melindungi endotel kornea dan membentuk COA space sebelum insersi IOL.
n)    Masukkan Intra Oculer Lens (IOL) dengan menggunakan pinset Keelman Mac. Pharson.
o)    Posisikan  IOL  dengan  memutarnya  menggunakan  pemutar lensa (Lens rotator). 18. Jahit kornea sampai rapat dengan benang Ethilon 10-0.
p)     Injeksi / masukkan miostat ke dalam COA dengan spuit 1 cc dan jarumnya telah diganti  dengan jarum udara.
q)    Lakukan irigasi aspirasi ulang sampai bersih dari vitrasen, miostat, maupun sisa masa lensa, capsul anterior, dan korteks.
r)     Injeksi gentamycin + dexametason dengan perbandingan 1:1 dalam spuit 1 cc secara subconjunctiva.
s)     Berikan salep mata Kemicitine / Chloramfenicol secukupnya.
t)     Pasang kassa steril dan di plester.

5.     Menyelesaikan operasi
a)     Cuci  instrumen  operasi  dengan  larutan  desinfektan  tanpa direndam   terlebih   dahulu (menggunakan   sikat   gigi   yang lembut)
b)    Bilas instrumen dengan air mengalir.
c)    Keringkan instrumen dengan lap yang kering dan bersih.
d)    Atur dan tata instrumen pada tempatnya (bak instrumen).
e)    Bungkus (packing) bak instrumen dan berikan  label.
f)    Bersihkan mikroskop, terutama pada bagian optik (lensanya) yang terkena cipratan air dan posisikan pada tempat semula.
g)    Pastikan ruangan, meja operasi dan peralatan yang dipakai tertata rapi kembali
h)    Kembalikan bahan medis habis pakai yang sudah dipakai dan masih bisa digunakan kembali ke dalam bak plastic steril.
i)    Pastikan tidak ada peralatan yang rusak, hilang atau tertinggal.
j)    Kirim set instrument ke CSSD lewat lift pengiriman barang.
k)    Kembalikan sisa bahan medis habis pakai yang tidak digunakan ke satelit farmasi beserta bukti/lembar pemakaian BMHP/AMHP.
l)    Perawat cuci tangan.









D.    ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERASI

1.    Jenis  anestesi : Local Anestesi
2.    Data Fokus
•    Pasien mengatakan khawatir jatuh dari brankar jika ditinggal pergi
•    Tangan nampak memegangi pinggiran brankar
•    Mata kiri tertutup kasa steril post operasi
•    Pasien menanyakan bagaimana pearawatan setelah operasi nanti
•    Pasien meraba kasa pada mata yang tertutup

3.    Analisa Data Post Operasi
No     Hari/ Tanggal    Data Fokus    Etiologi    Masalah Keperawatan
1    Selasa, 6 Des 2011    DS :
 Pasien mengatakan khawatir jatuh dari brankar jika ditinggal pergi
DO :
•    Tangan nampak memegangi pinggiran brankar
•    Mata kiri tertutup kasa steril post operasi
    Efek pasca operasi    Resiko cedera ( jatuh )
2    Selasa, 6 Des 2011    DS :
Pasien menanyakan bagaimana pearawatan setelah operasi nanti
DO :
Pasien meraba kasa pada mata yang tertutup
    Kurang terpaparnya informasi    Kurang pengetahuan tentang perawatan post operasi

4.    Rumusan Diagnosa Keperawatan Post Operasi
a.    Resiko cedera ( jatuh ) b.d Efek pasca operasi
b.    Kurang pengetahuan tentang perawatan post operasi b.d Kurang terpaparnya informasi
5.    Rencana keperawatan Post Operasi
No     Diagnosa Keperawatan    NOC    NIC
1    Resiko cedera ( jatuh ) b.d Efek pasca operasi
    Setelah dilakukan perawatan post operasi diruang RR masalah resiko cedera (jatuh) dapat teratasi.
Kriteria hasil :
•    Pasien tidak jatuh    a.    Tempatkan pasien pada posisi yang nyaman.
b.    Ciptakan lingkungan yang aman.
c.    Pasang side rail.
d.    Observasi keadaan pasien.
e.    Tempatkan brankar pada area yang aman

2    Kurang pengetahuan tentang perawatan post operasi b.d Kurang terpaparnya informasi
    Setelah dilakukan perawatan post operasi diruang RR masalah  Kurang pengetahuan tentang perawatan post operasi dapat teratasi dengan kriteria :
•    Pasien dan keluarga mengetahui perawatan  pasca operasi
    a.    Berikan pendidikan kesehatan post operasi katarak.
b.    Jelaskan pada pasien aktivitas yang diijinkan pada post operasi.
c.    Jelaskan tentang perawatan mata





6.    Pelaksanaan dan Evaluasi Post Operasi
No Dx    Hari/ tanggal    Implementasi     Evaluasi ( SOAP )
1    Selasa, 6 Des 2011    a.    Menempatkan pasien pada posisi yang nyaman.
b.    Menciptakan lingkungan yang aman.
c.    Memasang side rail.
d.    Mengobservasi keadaan pasien.
e.    Menempatkan brankar pada area yang aman
    Subyektif   : -

Obyektif      :
- pasien sadar penuh
- gerakan terkontrol
Assessment : Masalah teratasi

Planning      : pertahankan kondisi yang aman sampai ada serah terima dengan perawat ruangan.


2    Selasa, 6 Des 2011    a.    Memberikan pendidikan kesehatan post operasi.
b.    Menjelaskan pasien aktivitas yang diperbolehkan: untuk tidak boleh banyak bergerak, untuk menghindari ketegangan, untuk tidak boleh mengangkat benda berat selama kurang lebih satu bulan.
c.    Menjelaskan tentang perawatan mata kepada pasien.
    Subjektif    : pasien mengatakan mengerti akibat kasa penutup mata jika diraba.
Objektif    :     pasien nampak paham setelah diberikan penjelasan.
Assesment    :masalah teratasi sebagian.
Planning    :pasien diserahkan ke perawat ruangan.









BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab ini tim penulis akan membahasnya sesuai dengan asuhan keperawatan yang sudah diterapkan meliputi pengkajian, diagnosa, inervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.
A.    Pengkajian
 Pengkajian adalah tahap awal untuk melakukan suatu keperawatan yang berguna untuk mengumpulkan data sebagai dasar untuk mengetahui kebutuhan klien sehingga dapat menentukan asuhan keperawatan yang akan dilakukan. Dalam pengumpulan data tim penulis menggunakan metode wawancara atau Tanya jawab dengan keluarga pasien dan klien serta observasi dengan menggunakan pemeriksaan fisik dan menggunakan studi dokumentasi pada status pasien.
    Selama melakukan pengkajian tim penulis banyak menemui kesulitan, hal ini dikarenakan penulis dihadapkan pada satu kasus yang memiliki keterbatasan informasi berkaitan dengan penyakit yang di derita pasien. Pada pemerikasaan fisik, tim penulis menemukan indikasi khas yang sesuai dengan teoritis yaitu : Visus pasien VUD : 73/60, VUS : 1/60
B.    Diagnosa Keperawatan
    Berdasarkan tinjauan pustaka asuhan keperawatan pada kasus katarak tim penulis mendapat hasil diagnosa keperawatan yaitu :
1.    Gangguan persepsi sensori : pengelihatan b.d katarak
2.    Ansietas b.d Kurang informasi
3.    Resti Infeksi b.d insisi pembedahan
4.    Resiko cedera ( jatuh ) b.d Efek pasca operasi
5.    Kurang pengetahuan tentang perawatan post operasi b.d Kurang terpaparnya informasi

C.    Intervensi Keperawatan
   Dalam menyusun rencana tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan sesuai dengan kriterianya, maka tim penulis membuat rencana berdasarkan acuan pada tinjauan teoritis yang ada pada tinjauan pustaka, rencana tindakan di buat selama proses pembedahan dari mulai pasien masuk ke ruang induksi sampai pasien keluar dari ruang RR. Dari 5 diagnosa ini intervensi dapat diterapkan pada kasus karena berkat kerjasama yang baik antara perawat, keluarga, dan klien. Dalam menyusun tindakan yang akan dilakukan ini disesuaikan dengan diagnosa yang ditemukan sehingga mendapatkan tujuan yang diinginkan.
D.    Implementasi dan Evaluasi
Implementasi dilakukan berdasarkan diagnosa dan rencana keperawatan dan sekaligus dilakukan evaluasi tindakan









BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.    KESIMPULAN
Katarak merupakan penyakit mata yang ditandai dengan
kekeruhan pada lensa, dimana penglihatan seperti tertutup oleh
air terjun, tabir atau layar sehingga penderita katarak mengalami
penurunan visus/ketajaman penglihatan. (Vera Darling, 1996).
Dari kasus Tn. S dapat disimpulkan bahwa kasus katarak terjadi pada usia tua dan terdapat manifestasi klinis yang jelas yaitu adanya kekeruhan di lensa pasien dengan pemeriksaan penunjang VUD dan VUS menyatakan pasien positif katarak matur.
B.    SARAN
1.    Sebaiknya pasien dibantu keluarga dalam melakukan aktivitas pasca operasi.
aktivitas yang diperbolehkan: untuk tidak boleh banyak bergerak, untuk menghindari ketegangan, untuk tidak boleh mengangkat benda berat selama kurang lebih satu bulan.








DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC. 2000.
Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius. 2000
Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD. Kehamilan multijanin.2006. Dalam: Hartono A, Suyono YJ, Pendit BU (alih bahasa). Obstetri Williams. Volume 1 edisi 21. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC, . h. 852-897

Tidak ada komentar:

Posting Komentar